Kuucapkan selamat datang semester 5. Aroma sibuk sudah
tercium sejak hari pertama aku kembali ke daerah ini. Lalu seolah tugas
bertambah. Tugas kuliah pastinya, dan tugas-tugas lainnya diluar urusan kuliah. Sungguh semakin
tinggi semester, dosen-dosennya pun semakin bervariasi. Jika sebelumnya tak
ditemukan dosen killer atau apalah
namanya, maka sekarang aku rasa beliau nyata. Pertemuan pertama dengan beliau,
tak dipungkiri, rasa tegang sungguh terasa. Tak seperti biasanya. Gadget yang selalu berjejer dari meja ke
meja kendati pun ada dosen di depan, kini semua berganti dengan buku Lehninger, binder dan pena.
Suasana kelas mendadak hening. Bahkan untuk bergerak sedikit pun haruslah pelan
supaya tak tercipta bunyi yang nantinya akan menganggu. Mata dan telinga harus
benar-benar difungsikan. Tapi apalah daya, kuliah siang memang rentan terserang
rasa kantuk meskipun sudah diantisipasi dengan minum capuccino sebelumnya. Selalu, hari senin makan siang pun
terburu-buru. Takut kalau telat, beliau akan marah.
Duduk rapi dan hening seperti itu sungguh bertentangan
dengan dosen yang satunya. Entahlah, rasanya sama menegangkan dengan dosen yang
telah diceritakan sebelumnya. Apabila benar-benar diselidiki, mereka sungguh
berbeda. Bahkan bagai air dan api. Cara berpikir dan mengajarnya. Dosen yang
satu ini, -sebut saja Bapak X- sangat menuntut keaktifan dan inisiatif
mahasiswanya. Sangat tidak menyukai sistem “robot” yang diterapkan seperti
dosen tadi. Sayangnya, beliau selalu kesal karena mahasiswanya tak bisa seperti
apa yang ia inginkan. Sadari bahwa mahasiswanya ini, termasuk aku adalah produk
sistem “robot”. Mengerjakan sesuatu, tunggu ada perintah. Bapak X tak suka yang
seperti itu. Simple namun sangatlah
rumit. Apa yang Bapak X katakan maupun yang beliau perintahkan benar-benar
susah untuk dipahami. Jujur saja, aku sering kebingungan memaknai setiap
penjelasan beliau. Apakah itu denotatif atau bahkan konotatif? Susah dibedakan,
susah ditebak maunya apa.
Menarik jika semua karakter dosen semester 5 aku jabarkan
satu per satu. Namun yang benar-benar berhasil membuat tegang, hanya 2 dosen
ini. Luar biasa. Tak akan terlupakan. Dunia kampus tak hanya seputar dosen,
mahasiswa. Satu elemen penting yang sama pentingnya dengan tugas kuliah adalah
amanah organisasi. Semester 5 adalah puncaknya sibuk organisasi.
Jabatan-jabatan penting dalam organisasi ada di tangan mahasiswa semester 5.
Bagi yang tak bisa biasa mengatur waktu, mungkin akan tumpang tindih dengan
kuliah. Tekanan dari dalam diri untuk mampu menunaikan amanah, semakin kuat
jika mengingat himpunan ini tak pernah mengadakan event besar sebelumnya. Event
ini harus kami laksanakan, jika tidak kepengurusan angkatan dibawah kami yang
akan merasakan efeknya.
Padatnya jadwal kuliah ditambah beban berat himpunan itu
jadi pemanis di semester 5. Beruntungnya, selalu ada jalan untuk bisa
melewatinya dengan cantik oleh 34 wanita hebat dan 2 bidadara yang masih
bertahan. Aku harap semua bisa sesuai rencana. Kuliah berbanding lurus dengan
organisasi. Seperti laju reaksi yang berbanding lurus terhadap perubahan konsentrasi.
#Chem