Semacam reinkarnasi saja. Rasanya baru kemarin aku lulus SMA. Masih terasa aroma putih abu-abu yang menyenangkan sekaligus menakutkan.
Aku memang bukan orang yang sukses dalam hal percintaan saat SMA. Pernah disukai Aldi yang nyatanya playboy. Suatu hari ketika latihan paduan suara, dia mulai mendekati aku sampai-sampai pulangnya mengikutiku jalan. Duh, malunya kalau diingat. Aku macam cacing kepanasan, salah tingkah dan terlihat bodoh. Semua berlalu karena dia sudah mendapatkan wanita lain, anak kelas sebelah.
Lalu mulailah aku cinta lokasi dengan teman sekelasku. Menjadi teman selama 3 tahun berturut-turut menimbulkan rasa kagum, lalu suka, bahkan ada benih-benih cinta. Pertama aku menyukai Fahri karena tampannya, baik hatinya, kepiawaiannya bermain alat musik dan pandai bicaranya ketika diskusi kelas. Idaman lah pokoknya. Sadarnya bahwa dia terlalu "playboy" untukku. Memang benar pesona Fahri tak terkalahkan, dari mulai kelas atas hingga kelas bawah wanita-wanita mulai mengakui sebagai pacarnya. Aku mah apa atuh. Dan sekarang, aku masih suka dia tapi aku tau diri. Aku hanya mengganggapnya teman biasa.
Masih dengan teman sekelasku, aku mulai menyukai Ahmad. Karena rapinya, berwibawanya, caranya menanggapi masalah, baiknya, tidak setampan Fahri tapi lumayan. Tapi dia mudah dipengaruhi teman-teman geng nya. Aku tidak suka. Aku mah apa atuh (lagi). Aku sempat patah hati karena saat kelas XI dia mulai pacaran dengan adik kelas. Yakinlah itu pacar pertamanya. Lalu aku menganggapnya seperti biasa, mengurangi perasaan suka terhadapnya tapi masih ingin terus bersamanya meski hanya ngobrol biasa.
Sempat juga mengagumi kakak kelas. Kak Sakti, satu tingkat diatasku. Aku tak tau banyak selain namanya, kelasnya. Yang aku tahu dia putih, berkacamata, tinggi, tampan, bicaranya lembut, ngajinya bagus, anak rohis, anak PMR juga. Tapi ya sudahlah, semenjak dia lulus aku tak tau dia dimana selain informasi tentang dia kuliah di salah satu sekolah tinggi di kota ini.
Pernah juga menyukai brondong. Ketika aku kelas XI dan dia kelas X. Tepatnya setelah aku patah hati pada Ahmad. Aku masih ingat, itu hari sabtu. Seperti biasa, setiap pagi apel di lapangan sebelum masuk kelas. Aku merasakan seperti di film-film saja. Hanya melihatnya menuju padaku sementara yang lain berlalu tapi tak menghalangi pandanganku padanya. Dia, Ilham Yudha. Dia tinggi, hitam manis, senyumnya membuatku seketika jatuh cinta, rapi dan kharismanya luar biasa. Kebetulan juga sekelas dengan pacarnya Ahmad saat itu. Ilham dan Ahmad juga saling kenal karena pernah satu komplek dulunya. Dia juga termasuk playboy kelas teri, sering gonta-ganti pacar. Dia juga badboy, pernah merokok. Bahkan nama akun facebooknya dulu ilham cl*sm*ld (nama merk rokok). Sempat sedih karena difacebooknya waktu itu mengirim hal-hal tak senonoh. Aku tak percaya itu dia, shock. Di akun tersebut juga menjelekkan salah satu guru. Aku sampai-sampai sedih dia tertimpa masalah seperti itu, padahal bukan dia yang melakukannya. Karena sahabatku tau aku menyukainya, mereka rajin "ngepoin" kegiatannya. Sampai pada saat aku diberi nomor hp nya oleh salah satu temanku yang juga satu ekskul dengannya. Hampir sebulan nomor itu tak aku apa-apakan. Malu bukan jika perempuan memulainya. Sementara dia tak tertarik padaku. Lalu, pada bulan puasa sebelum maghrib. Aku dipaksa seolah salah kirim dengannya. Benar saja SMS ku itu langsung dibalasnya. Kami sempat terlibat lama, bicara banyak saat SMSan. Entah kapan saat kami sudah tak saling hubungi lagi. Dan aku ternyata dipertemukan lagi di Universitas, sering bertemu di perkumpulan daerah. Dan sekarang, aku benar-benar mengganggapnya sebagai adik tingkat meskipun kharismanya tak pernah pudar di hatiku.
Lalu.. Ini yang membuatku bahkan sakit ketika UJIAN NASIONAL. Matematika pula. Hanya karena melihatnya pulang bersama mantan kekasihnya kemarin. Dia Muhammad Arga Pradipta. Aku sudah mengenalnya sejak kelas 1 SMP. Satu kelas berturut-turut sejak SMP. Pernah dijodohkan oleh guru saat kelas 3, dan aku mulai suka. Sepertinya dia juga. Bertemu lagi di SMA. Memang tak sekelas, tapi sebelahan. Cinta monyet berlanjut di SMA. Suka gombal-gombalan atau mungkin aku yang terlalu baper dulunya (setelah baca arsip SMS). Dia memang playboy cap kapak. Pernah pacaran cuma sehari, nembaknya juga lewat SMS. Hmm.. Aku beberapa kali ditembaknya lewat SMS, tapi aku memilih untuk tidak memberi kepastian. Cintanya banyak sekali, aku sampai lupa. Dia pernah berjanji akan pulang bareng, tapi malah dia tak datang-datang setelah ujian sekolah PKN. Aku menunggunya tapi dia malah menitipkan bukuku kepada temanku. Dia juga pernah berjanji akan menyatakan cintanya secara langsung, tapi juga tak kunjung terlaksana. Aku memang suka kata-kata gombalnya. Dia tak begitu tampan, dia hitam manis, tinggi dan rapi. Aku juga tau dia orangnya baik, anak rumahan. Tapi sakit-sesakit sakitnya. Setelah UN hari pertama dia membonceng seorang wanita dan dia adalah Sonia, mantannya. Aku kepikiran sampai jatuh sakit. Bodohnya aku pernah menyukainya. Lalu aku menghindarinya. Setahun berlalu, setauku dia diterima di Universitas di Bengkulu. Tapi entah kenapa, Allah mempertemukanku dengannya di PK2 2013 dan dia sebagai adik tingkatku tapi beda prodi. Ada rasa senang, ada sedih dan kecewanya juga. Tapi sekarang jika bertemu dengannya, aku hanya menganggapnya sebagai teman biasa. Aku sudah tak malu-malu lagi. Sama saat di kelas 1, 2 SMP.
Ingatan tentang Arga tak pernah hilang. Apalagi ketika aku mengajar di tempat les, ada yang sangat mirip dengannya, kepribadiannya dan tentu saja playboy nya juga. Namanya Dinar, teman sekelas adikku. Entahlah seperti reinkarnasi saja.
Aku memang bukan orang yang sukses dalam hal percintaan saat SMA. Pernah disukai Aldi yang nyatanya playboy. Suatu hari ketika latihan paduan suara, dia mulai mendekati aku sampai-sampai pulangnya mengikutiku jalan. Duh, malunya kalau diingat. Aku macam cacing kepanasan, salah tingkah dan terlihat bodoh. Semua berlalu karena dia sudah mendapatkan wanita lain, anak kelas sebelah.
Lalu mulailah aku cinta lokasi dengan teman sekelasku. Menjadi teman selama 3 tahun berturut-turut menimbulkan rasa kagum, lalu suka, bahkan ada benih-benih cinta. Pertama aku menyukai Fahri karena tampannya, baik hatinya, kepiawaiannya bermain alat musik dan pandai bicaranya ketika diskusi kelas. Idaman lah pokoknya. Sadarnya bahwa dia terlalu "playboy" untukku. Memang benar pesona Fahri tak terkalahkan, dari mulai kelas atas hingga kelas bawah wanita-wanita mulai mengakui sebagai pacarnya. Aku mah apa atuh. Dan sekarang, aku masih suka dia tapi aku tau diri. Aku hanya mengganggapnya teman biasa.
Masih dengan teman sekelasku, aku mulai menyukai Ahmad. Karena rapinya, berwibawanya, caranya menanggapi masalah, baiknya, tidak setampan Fahri tapi lumayan. Tapi dia mudah dipengaruhi teman-teman geng nya. Aku tidak suka. Aku mah apa atuh (lagi). Aku sempat patah hati karena saat kelas XI dia mulai pacaran dengan adik kelas. Yakinlah itu pacar pertamanya. Lalu aku menganggapnya seperti biasa, mengurangi perasaan suka terhadapnya tapi masih ingin terus bersamanya meski hanya ngobrol biasa.
Sempat juga mengagumi kakak kelas. Kak Sakti, satu tingkat diatasku. Aku tak tau banyak selain namanya, kelasnya. Yang aku tahu dia putih, berkacamata, tinggi, tampan, bicaranya lembut, ngajinya bagus, anak rohis, anak PMR juga. Tapi ya sudahlah, semenjak dia lulus aku tak tau dia dimana selain informasi tentang dia kuliah di salah satu sekolah tinggi di kota ini.
Pernah juga menyukai brondong. Ketika aku kelas XI dan dia kelas X. Tepatnya setelah aku patah hati pada Ahmad. Aku masih ingat, itu hari sabtu. Seperti biasa, setiap pagi apel di lapangan sebelum masuk kelas. Aku merasakan seperti di film-film saja. Hanya melihatnya menuju padaku sementara yang lain berlalu tapi tak menghalangi pandanganku padanya. Dia, Ilham Yudha. Dia tinggi, hitam manis, senyumnya membuatku seketika jatuh cinta, rapi dan kharismanya luar biasa. Kebetulan juga sekelas dengan pacarnya Ahmad saat itu. Ilham dan Ahmad juga saling kenal karena pernah satu komplek dulunya. Dia juga termasuk playboy kelas teri, sering gonta-ganti pacar. Dia juga badboy, pernah merokok. Bahkan nama akun facebooknya dulu ilham cl*sm*ld (nama merk rokok). Sempat sedih karena difacebooknya waktu itu mengirim hal-hal tak senonoh. Aku tak percaya itu dia, shock. Di akun tersebut juga menjelekkan salah satu guru. Aku sampai-sampai sedih dia tertimpa masalah seperti itu, padahal bukan dia yang melakukannya. Karena sahabatku tau aku menyukainya, mereka rajin "ngepoin" kegiatannya. Sampai pada saat aku diberi nomor hp nya oleh salah satu temanku yang juga satu ekskul dengannya. Hampir sebulan nomor itu tak aku apa-apakan. Malu bukan jika perempuan memulainya. Sementara dia tak tertarik padaku. Lalu, pada bulan puasa sebelum maghrib. Aku dipaksa seolah salah kirim dengannya. Benar saja SMS ku itu langsung dibalasnya. Kami sempat terlibat lama, bicara banyak saat SMSan. Entah kapan saat kami sudah tak saling hubungi lagi. Dan aku ternyata dipertemukan lagi di Universitas, sering bertemu di perkumpulan daerah. Dan sekarang, aku benar-benar mengganggapnya sebagai adik tingkat meskipun kharismanya tak pernah pudar di hatiku.
Lalu.. Ini yang membuatku bahkan sakit ketika UJIAN NASIONAL. Matematika pula. Hanya karena melihatnya pulang bersama mantan kekasihnya kemarin. Dia Muhammad Arga Pradipta. Aku sudah mengenalnya sejak kelas 1 SMP. Satu kelas berturut-turut sejak SMP. Pernah dijodohkan oleh guru saat kelas 3, dan aku mulai suka. Sepertinya dia juga. Bertemu lagi di SMA. Memang tak sekelas, tapi sebelahan. Cinta monyet berlanjut di SMA. Suka gombal-gombalan atau mungkin aku yang terlalu baper dulunya (setelah baca arsip SMS). Dia memang playboy cap kapak. Pernah pacaran cuma sehari, nembaknya juga lewat SMS. Hmm.. Aku beberapa kali ditembaknya lewat SMS, tapi aku memilih untuk tidak memberi kepastian. Cintanya banyak sekali, aku sampai lupa. Dia pernah berjanji akan pulang bareng, tapi malah dia tak datang-datang setelah ujian sekolah PKN. Aku menunggunya tapi dia malah menitipkan bukuku kepada temanku. Dia juga pernah berjanji akan menyatakan cintanya secara langsung, tapi juga tak kunjung terlaksana. Aku memang suka kata-kata gombalnya. Dia tak begitu tampan, dia hitam manis, tinggi dan rapi. Aku juga tau dia orangnya baik, anak rumahan. Tapi sakit-sesakit sakitnya. Setelah UN hari pertama dia membonceng seorang wanita dan dia adalah Sonia, mantannya. Aku kepikiran sampai jatuh sakit. Bodohnya aku pernah menyukainya. Lalu aku menghindarinya. Setahun berlalu, setauku dia diterima di Universitas di Bengkulu. Tapi entah kenapa, Allah mempertemukanku dengannya di PK2 2013 dan dia sebagai adik tingkatku tapi beda prodi. Ada rasa senang, ada sedih dan kecewanya juga. Tapi sekarang jika bertemu dengannya, aku hanya menganggapnya sebagai teman biasa. Aku sudah tak malu-malu lagi. Sama saat di kelas 1, 2 SMP.
Ingatan tentang Arga tak pernah hilang. Apalagi ketika aku mengajar di tempat les, ada yang sangat mirip dengannya, kepribadiannya dan tentu saja playboy nya juga. Namanya Dinar, teman sekelas adikku. Entahlah seperti reinkarnasi saja.