Translate

Minggu, 13 Juli 2014

Minggu Pagi di Bulan Juli

Hujan tak hentinya turun dari langit sejak semalam membuat kota yang dingin ini menjadi semakin dingin. Tidak ada kegiatan yang bisa kulakukan di luar rumah. Sudah pukul delapan pagi namun langit masih gelap berselimutkan awan hitam laksana hari masih subuh. Tak terlihat mentari pagi ini. Di sudut ruangan nampak sebuah buku lusuh. Sebuah catatan 5 tahun lalu kutemukan. Buku yang menyimpan berjuta kenangan. Tulisan tak beraturan sering kali aku temukan. Iya, itu tulisanku dulu yang tergesa-gesa takut ketauan ibu. Atau ketika itu, aku menulis dengan emosi yang meluap-luap. Beberapa kalimat polos ala anak ABG kutemukan di akhir catatan pula. Ini yang menarik perhatianku, pada lembar ke sembilan di catatan itu, aku temukan betapa miripnya dengan apa yang terjadi hari ini. Sama, tepat di Bulan Juli. Dunia ini memang misterius, tak kusangka.


Dua album dari Tulus tak cukup menemani. Beberapa lagu up beat dari Demi Lovato kuputar untuk sekedar menambah semangat pagi ini. Fokusku masih pada catatan yang baru aku temukan itu. 1,2,3 keinginanku sejak dua tahun lalu kutemukan juga di catatan itu. Sebagian sudah di-check list yang menandakan bahwa sudah tercapai. Hanya yang sedikit mustahil yang belum bisa kugapai. Selagi masih ada asa, jalan masih panjang dan diri masih mampu maka yang dirasa mustahil itu mungkin suatu saat nanti bisa mendapat check list dariku. Aamiin ya Robbal 'alamiin. Minggu pagi di Bulan Juli.

NB : diulang beberapa kali sampai akhirnya bisa dipublikasikan

Selasa, 01 Juli 2014

Sisi Lain: PILPRES

Tanggal 9 Juli 2014, seluruh rakyat Indonesia yang sudah mempunyai hak pilihnya akan merayakan pesta demokrasi. Bertepatan dengan bulan suci Ramadhan, harusnya menjadikan PILPRES ini menjadi PEMILU yang jujur dan bermartabat. Sedikit saya jelaskan bahwa PILPRES tahun ini hanya ada dua pasang capres dan cawapres. Suara rakyat Indonesia terbelah menjadi dua. Karena hanya dua pasang calon, jelas saja membuat persaingan semakin panas. Masing-masing simpatisan dari kedua calon juga saling memojokkan satu sama lain. Kampanye hitam pun tak terelakkan. Mengenai kampanye hitam, rasanya tak baik jika terus dilanjutkan karena akan menodai kesucian Ramadhan itu sendiri. Berbicara tentang kampanye, musisi dan artis serta simpatisan juga makin kreatif. Dari pernak-pernik capres-cawapres, poster, yel-yel, bahkan lagu "kebangsaan" masing-masing calon ditata apik dan menarik. Kampanye macam ini patut diapresiasi. Saya pribadi sangat tidak menyukai simpatisan yang terlalu fanatik untuk mendukung capres-cawapres tertentu. Berkoar-koar terlalu kasar di media sosial untuk menyudutkan satu sama lain. Tidakkah disadari bahwa prilaku seperti ini rentan sekali memicu perdebatan yang bermuara pada perpecahan. Siapa pun yang akan terpilih menjadi presiden dan wakil presiden nantinya, sudah pasti tujuannya sama menginginkan Indonesia menjadi lebih baik. Tak ada suatu pemimpin yang ingin menghancurkan bangsanya sendiri. Memantapkan pilihan sebelum H-1 merupakan sebuah keharusan. Caranya dengan banyak mencari informasi dan sesering mungkin menonton debat capres-cawapres yang banyak ditayangkan di televisi. Akan lebih baik jika pilihan kita tersebut disimpan saja tanpa harus diberitahu kepada siapa pun. Saya sedikit khawatir karena banyaknya akun di facebook maupun twitter yang secara terang-terangan mendukung salah satu calon. Fenomena ini meresahkan hati saya. Saat di bangku sekolah, tentu saja kita semua diajarkan mengenai asas pemilu LUBER JURDIL yang disingkat dari Langsung Umum Bebas Rahasia Jujur Adil. "Langsung berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh diwakilkan. Umum berarti pemilihan umum dapat diikuti seluruh warga negara yang sudah memiliki hak menggunakan suara. Bebas berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa ada paksaan dari pihak manapun, kemudian Rahasia berarti suara yang diberikan oleh pemilih bersifat rahasia hanya diketahui oleh si pemilih itu sendiri. Jujur mengandung arti bahwa pemilihan umum harus dilaksanakan sesuai dengan aturan untuk memastikan bahwa setiap warga negara yang memiliki hak dapat memilih sesuai dengan kehendaknya dan setiap suara pemilih memiliki nilai yang sama untuk menentukan wakil rakyat yang akan terpilih. Adil adalah perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu dan pemilih, tanpa ada pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap peserta atau pemilih tertentu. Asas jujur dan adil mengikat tidak hanya kepada pemilih ataupun peserta pemilu, tetapi juga penyelenggara pemilu. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_di_Indonesia)".
Mendukung salah satu calon secara terang-terangan bukankah akan menodai asas RAHASIA? Tanyakan pada dirimu sendiri.