Mahasiswa tingkat akhir atau Mahasisa. Sebuah
julukan yang masih akrab ditelinga ketika mahasiswa lainnya sudah lulus tetapi
diri ini belum. Ya, saat ini aku sudah memasuki semester 9. Aku yang menjadi
mahasiswa karena beasiswa harus membayar SPP karena sudah lewat 8 semester.
Bukan karena malas kuliah, hanya saja aku kurang beruntung saat pembagian Dosen
Pembimbing Skripsi. Dosen pembimbingku salah satunya adalah pembimbing
akademikku. Beliau baik, namun terkenal suka mempersulit mahasiswanya.
Banyak kesulitan
terjadi selama masa kuliah. Akan tetapi masa-masa tersulit dimulai saat
semester 7. Aku belum berani bimbingan karena tahu dosenku sungguh sulit.
Pertama kali aku menemui beliau, aku sudah tak sejalan dengannya. Oleh sebab
itulah aku memutuskan untuk tidak menemui beliau untuk sementara waktu.
Agustus-September 2015, aku asyik dengan kegiatan P4 (dulunya PPL) di sekolah.
Bahagia rasanya menjadi guru. Sampai-sampai aku lupa kalau setelah itu aku harus
berjuang dengan tugas akhir. Sempat berpikir, “Pengen langsung jadi guru aja, gak usah skripsian”. Oh tapi aku
sadar, tanpa menyelesaikan tugas akhir bernama SKRIPSI, aku tak bisa begitu
saja menjadi guru yang bergelar Sarjana Pendidikan. Kuliahku selama ini sia-sia
jika aku berhenti. Selangkah lagi.
Perjuangan ‘selangkah
lagi’ yang kukatakan sebelumnya ternyata mengalami proses yang amat sangat
panjang. Setelah selesai melaksanakan P4 di sekolah. Aku mulai bersemangat
menemui dosen pembimbingku. Mungkin beliau lupa tentang masalah beberapa bulan
lalu. Ah, lagi. Aku sial! Ketika bimbingan dengan dosen pembimbing 1, tiba-tiba
dosen pembimbing 2 juga datang ikut nimbrung.
Benar saja keduanya memintaku untuk penelitian murni. Aku yang tak berdaya
ini mau tak mau harus mengikuti mereka kalau mau lulus. Risikonya aku sudah tahu,
penelitianku akan susah, mahal dan lama. Tapi kedua dosenku berdalih kalau
penelitian murni bisa cepat lulus. Bodohnya aku tanpa pikir panjang aku percaya
saja.
Aku yang memang dasarnya
adalah anak penurut ini tak mampu menolak permintaan kedua dosen pembimbingku.
Baiklah, aku coba dulu. Bimbingan pertama, kedua masih lancar. Lalu yang ketiga agak kacau, bimbingan
keempat kalinya masih ada yang harus diperbaiki tapi langsung di ACC untuk maju
seminar proposal di awal Desember, tepatnya tanggal 8 Desember 2015. Seminar
terakhir di semester itu. Agak suram karena proposalku habis dibantai penguji
bahkan oleh pembimbingku sendiri. Bongkar lagi. Buat baru lagi. Cari ide lain
lagi. Pikirkan lagi. Sementara di depan mata libur semester telah menanti,
dosen pun tak bisa ditemui.
Awalnya penelitianku
berjudul, “Identifikasi Komposisi Kimia dan Pembuatan Arang Putih (Binchotan) dari Cangkang Buah Karet”.
Rumit ya kan? Makanya aku habis dibantai pada saat seminar proposal. Untungnya
meskipun seminar proposal kacau dan dibantai, aku tidak disuruh mengulang
seminar oleh para dosen tersebut.
Masuk semester 8,
penelitianku terombang ambing. Tetap penelitian awal atau mengubah penelitian
tersebut menjadi briket? Semua dosen penguji menyaraknan itu, juga PS 2
(Pemimbing Skripsi 2) yang saat itu mendampingi seminar. Nah, ini masalahnya?
PS 1 tak melihat aku dibantai di seminar karena beliau sibuk menguji mahasiswa
lainnya di ruang berbeda. Jadilah beliau yang tak tahu apa-apa tapi tetap kekeuh pada penelitian awal. Butuh waktu
sebulan untuk bisa meyakinkan hati dosen PS 1 ku. Alhamdulillah, beliau
dilembutkan hatinya. Dan pada akhirnya judul penelitianku menjadi, “Pembuatan
Briket dari Cangkang Buah Karet (Hevea
brasilliensis)”.
***Selamat
datang di masa penelitian yang panjang***
Setelah ACC revisi
proposal penelitian, aku sudah diperbolehkan untuk penelitian. Senangnya.
Perjuangan dimulai ketika mengurus berkas untuk pengambilan sampel cangkang
buah karet. “Mau ambil cangkang buah
karet aja ribet amat ya? Pake surat-surat segala. Lama lagi nunggu suratnya”, gumamku.
Aku tak sendirian, ada 2 temanku yang bernasib sama denganku. Kami harus
bersahabat dengan cangkang buah karet.
Setelah surat-menyurat
beres, kami langsung menuju Balai Pembibitan Karet Sembawa. Lumayan jauh dari
tempat tinggalku. Indralaya-Sembawa, sekitar 2 jam lebih. Tapi rumah kedua
temanku itu di Palembang, jadi waktu yang dibutuhkan tak sampai 1 jam kesana.
Dari pagi sampai sore mungut cangkang
buah karet, sampai bentol-bentol
seluruh badan karena digigit nyamuk kebon.
Si cangkang buah karet yang kami ambil tak bisa langsung dipakai, harus
dibersihkan dari tanah dan harus dikeringkan pula. Coba bayangkan harus
membersihkan satu per satu cangkang buah karet sebanyak 3 karung! Wow, dari
pagi sampai malam. Setiap hari membersihkan cangkang. Sampai-sampai tangan luka
karena kena kulit cangkang yang tajam. Semua itu pengorbanan.
Pertengahan Februari
2016 aku sudah mulai masuk lab. Pemasukan yang mahal dan per hari juga mahal
karena itu bukan lab di kampusku. Oke, aku harus cepat! Tak sampai 2 minggu
penelitianku selesai. Tapi menunggu uji nilai kalor di lab yang berbeda harus
menunggu waktu 2 minggu. Setelah uji lab keluar, aku bimbingan dan hasilnya aku
harus mengulang penelitianku dari awal. Sedihnyaaaa. Itu berarti aku harus
mengeluarkan dana dan waktu lagi.
Sementara persediaan
cangkang kami sudah habis. Kami (bertiga) sudah tak sejalan lagi, artinya sudah
sibuk penelitian masing-masing. Aku harus mengambil cangkang buah karet
sendiri. Kakakku bekerja tak jauh dari sana, akhirnya aku minta ditemani
olehnya. Masalah cangkang beres, pikirku. Ketika aku akan penelitian lagi,
pihak lab bilang sudah ada mahasiswa lain yang penelitian disana. Dan itu
artinya, aku harus mencari lab lain yang ada furnace-nya. Karena penelitianku sangat bergantung pada furnace. Aku hampir patah semangat
karena aku harus mengeluarkan dana lebih lagi dan pastinya harus mengurus
surat-menyurat lagi yang rumit lagi lama. Padahal aku ingin cepat selesai
penelitian. Target wisuda bulan April, lewat. Baiklah aku sudah mendapatkan lab
yang bisa aku pakai penelitian, tapi suratku belum jadi makanya harus menunggu
dulu. 2 minggu kemudian suratku jadi, tapi malah alatnya yang rusak. Baru
kemarin pula rusaknya. Oh Tuhaaaaan!! Ya, aku ingat. Ada Lab Dasar Bersama,
tempatku praktikum dulu. Disana ada alat baru di lab Kimia Fisika.
Alhamdulillah analisnya masih kenal dan baik hati memperbolehkan penelitian
meskipun belum ada surat dari dekanat. Sebulan sudah aku penelitian disana, Mei
baru selesai. Target wisuda bulan Juni lewat pula.
Target wisuda Agustus
juga nampaknya tak bisa. Aku belum bimbingan lagi, belum seminar hasil, belum
juga sidang skripsi. Perjalanan masih panjang. Setelah selesai penelitian, aku
tak bisa bimbingan karena dosen sudah mulai liburan. Baiklah kita liburan juga.
Tinggal mudik dulu saja. Setidaknya penelitianku sudah selesai tinggal mengolah
data dan mulai membuat pembahasan.
***Penelitian
yang panjang akhirnya selesai***
Memasuki babak baru, yuhuuu semester 9 yang kurindukan.
Berharap bisa lulus di semester ini. Sudah bosan ditanya “kapan wisuda? Kok
belum lulus?”. Akhirnya 6 September 2017, aku bisa seminar hasil. Kali ini
dosen PS 1 yang menemani seminar. Beliau tiba di kampus tepat beberapa menit
sebelum giliranku maju. Alhamdulillah semua lancar, beliau juga membelaku dan
menasihatiku layaknya seorang ayah dan anaknya. Aku terharu, beliau ternyata
begitu perhatian dengan mahasiswa bimbingannya. Meskipun agak keras tapi beliau
hatinya lembut. Pernah saat penelitian (yang diulang) aku tak bimbingan selama
3 minggu karena belum dapat data. Beliau tahu betul aku tak bimbingan sudah 3
minggu, perhatian kan? Revisi seminar hasil juga tak banyak, jadi bisa daftar
sidang bulan Oktober.
Oktober semangat! Betapa
bahagianya aku menyambut Bulan Oktober. Ini bulan lahirku dan juga momen
pentingku untuk menjemput gelar Sarjana Pendidikan. Saking semangatnya aku,
rela bolak-balik Palembang-Indralaya supaya cepat di ACC sidang. Minta tanda
tangan ini, minta tanda tangan itu. Urus berkas ini, urus berkas itu. Banyak
prosesnya. Bulan ini sangat banyak mahasiswa yang akan sidang. Sidang yang
biasanya hanya satu hari dalam sebulan, kali ini dibuat 2 hari. Sempat dengar
berita simpang siur sana sini yang membuat gugup bertambah.
Tragedi sebelum sidang
terjadi. 10 Oktober adalah hari ulang tahunku, namun pada tanggal 23 Oktober
(H-3 sidang) sahabatku sejak bangku SMA memberikan sebuah kejutan ulang tahun
kepadaku. Nah pada saat itulah HP ku rusak, entah karena apa penyebabnya. Aku
belum sempat ke Palembang lagi untuk memperbaikinya, masih ada HP kecil yang
bisa dipakai untuk SMS dan telpon. Selasa pagi (H-1 sidang), aku dapat kabar
bahwa seluruh mahasiswa yang akan sidang harus hadir di Kampus Ogan Palembang.
Palembang-Indralaya itu butuh 1 jam lebih, belum lagi pagi itu hujan deras.
Rumahku jauh dari halte TransMusi. Pergi dengan kehujanan, sembari membawa tas
berisi baju untuk menginap dan perlengkapan sidang. Sampai di kampus, ZONK! Aku
yang sudah kucel, kelaparan dan basah kuyup ternyata kedatanganku sia-sia. Aku
tetap sidang besok (Rabu, 26 Oktober 2016). Baiklah, aku akan tetap bersabar.
Malamnya, aku menginap
di salah satu rumah teman se-PA-ku di dekat Kampus Ogan. Bukannya belajar untuk
sidang, kami bertiga malah membuat sebuah pesta kecil karena aku ulang tahun di
tanggal 10 dan temanku yang satunya ulang tahun di hari itu. Sedikit ketakutan
tapi tak enak kalau aku tinggal mereka belajar di kamar. Dan aku tertidur
nyenyak tanpa dosa setelahnya. Bangun pagi! Oh Tuhan, hari ini aku sidang tapi
semalam tak belajar! Ada rasa menyesal, tapi ya mau bagaimana lagi semua sudah
lewat.
Aku dapat jadwal maju
sidang jam 10. Semua sudah siap. Aku semakin tegang. Dosen PS 2 sudah hadir,
satu dosen penguji ke luar negeri, satu sudah hadir dan tinggal menunggu satu
penguji lagi. Aku agak cemas karena jam 09.45 dosen pengujiku belum datang.
Jika beliau tak datang, sidangku akan diundur. Beliau juga ada jadwal mengajar
hari itu di Indralaya. Tapi tak berapa lama sebelum aku maju, beliau datang.
Alhamdulillah. Sidang lancar. Dan aku lulus ujian akhir.
Dan lagi, revisiku tak
banyak jadi bisa daftar wisuda Desember. Akhirnya, bisa wisuda di semester 9 dengan predikat “CUMLAUDE / DENGAN
PUJIAN”. Tepatnya, yudisium tanggal 7 Desember 2016 dan wisuda tanggal 8
Desember 2016. Mulai dari seminar proposal sampai wisuda, tepat satu tahun (8
Desember 2015-8 Desember 2016).
Dari pengalamanku yang
sangat amat panjang ini, percayalah bahwa semua ada masanya. Termasuk masa-masa
mengerjakan skripsi yang melelahkan tapi juga akan dirindukan. Lulus pasti ada
waktunya, di waktu yang tepat bagi kita. Aku yang termasuk agak telat lulusnya
(4 tahun 2 bulan masa studi), menyadari bahwa aku bisa semakin dekat dengan
kedua dosen pembimbing skripsi dan dosen pengujiku. Aku juga bisa mengenal dan
lebih akrab dengan teman-temanku yang kurang akrab sebelumnya. Menjalin relasi
lebih luas lagi karena pindah-pindah lab. Akrab dengan admin prodi karena
suratku tak kunjung selesai. Dan pastinya, aku mengukir kenangan manis di FKIP
UNSRI. Terima kasih, aku sudah dapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Aku sekarang,
Ina Ayu Nengtyas, S.Pd.
*** Galeri Foto ***
Foto bersama Dra. Bety Lesmini, M.Sc. Dosen Pembimbing 2 setelah sidang |
Foto setelah sidang |
Foto yudisium bersama sahabat (minus 1 karena sudah lulus duluan)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, kami segan.