Translate

Jumat, 07 Juli 2017

Menjemput Sarjana Pendidikan

Mahasiswa tingkat akhir atau Mahasisa. Sebuah julukan yang masih akrab ditelinga ketika mahasiswa lainnya sudah lulus tetapi diri ini belum. Ya, saat ini aku sudah memasuki semester 9. Aku yang menjadi mahasiswa karena beasiswa harus membayar SPP karena sudah lewat 8 semester. Bukan karena malas kuliah, hanya saja aku kurang beruntung saat pembagian Dosen Pembimbing Skripsi. Dosen pembimbingku salah satunya adalah pembimbing akademikku. Beliau baik, namun terkenal suka mempersulit mahasiswanya.

Banyak kesulitan terjadi selama masa kuliah. Akan tetapi masa-masa tersulit dimulai saat semester 7. Aku belum berani bimbingan karena tahu dosenku sungguh sulit. Pertama kali aku menemui beliau, aku sudah tak sejalan dengannya. Oleh sebab itulah aku memutuskan untuk tidak menemui beliau untuk sementara waktu. Agustus-September 2015, aku asyik dengan kegiatan P4 (dulunya PPL) di sekolah. Bahagia rasanya menjadi guru. Sampai-sampai aku lupa kalau setelah itu aku harus berjuang dengan tugas akhir. Sempat berpikir, “Pengen langsung jadi guru aja, gak usah skripsian”. Oh tapi aku sadar, tanpa menyelesaikan tugas akhir bernama SKRIPSI, aku tak bisa begitu saja menjadi guru yang bergelar Sarjana Pendidikan. Kuliahku selama ini sia-sia jika aku berhenti. Selangkah lagi.

Perjuangan ‘selangkah lagi’ yang kukatakan sebelumnya ternyata mengalami proses yang amat sangat panjang. Setelah selesai melaksanakan P4 di sekolah. Aku mulai bersemangat menemui dosen pembimbingku. Mungkin beliau lupa tentang masalah beberapa bulan lalu. Ah, lagi. Aku sial! Ketika bimbingan dengan dosen pembimbing 1, tiba-tiba dosen pembimbing 2 juga datang ikut nimbrung. Benar saja keduanya memintaku untuk penelitian murni. Aku yang tak berdaya ini mau tak mau harus mengikuti mereka kalau mau lulus. Risikonya aku sudah tahu, penelitianku akan susah, mahal dan lama. Tapi kedua dosenku berdalih kalau penelitian murni bisa cepat lulus. Bodohnya aku tanpa pikir panjang aku percaya saja.

Aku yang memang dasarnya adalah anak penurut ini tak mampu menolak permintaan kedua dosen pembimbingku. Baiklah, aku coba dulu. Bimbingan pertama, kedua masih lancar.  Lalu yang ketiga agak kacau, bimbingan keempat kalinya masih ada yang harus diperbaiki tapi langsung di ACC untuk maju seminar proposal di awal Desember, tepatnya tanggal 8 Desember 2015. Seminar terakhir di semester itu. Agak suram karena proposalku habis dibantai penguji bahkan oleh pembimbingku sendiri. Bongkar lagi. Buat baru lagi. Cari ide lain lagi. Pikirkan lagi. Sementara di depan mata libur semester telah menanti, dosen pun tak bisa ditemui.

Awalnya penelitianku berjudul, “Identifikasi Komposisi Kimia dan Pembuatan Arang Putih (Binchotan) dari Cangkang Buah Karet”. Rumit ya kan? Makanya aku habis dibantai pada saat seminar proposal. Untungnya meskipun seminar proposal kacau dan dibantai, aku tidak disuruh mengulang seminar oleh para dosen tersebut.

Masuk semester 8, penelitianku terombang ambing. Tetap penelitian awal atau mengubah penelitian tersebut menjadi briket? Semua dosen penguji menyaraknan itu, juga PS 2 (Pemimbing Skripsi 2) yang saat itu mendampingi seminar. Nah, ini masalahnya? PS 1 tak melihat aku dibantai di seminar karena beliau sibuk menguji mahasiswa lainnya di ruang berbeda. Jadilah beliau yang tak tahu apa-apa tapi tetap kekeuh pada penelitian awal. Butuh waktu sebulan untuk bisa meyakinkan hati dosen PS 1 ku. Alhamdulillah, beliau dilembutkan hatinya. Dan pada akhirnya judul penelitianku menjadi, “Pembuatan Briket dari Cangkang Buah Karet (Hevea brasilliensis)”.

***Selamat datang di masa penelitian yang panjang***

Setelah ACC revisi proposal penelitian, aku sudah diperbolehkan untuk penelitian. Senangnya. Perjuangan dimulai ketika mengurus berkas untuk pengambilan sampel cangkang buah karet. “Mau ambil cangkang buah karet aja ribet amat ya? Pake surat-surat segala. Lama lagi nunggu suratnya”, gumamku. Aku tak sendirian, ada 2 temanku yang bernasib sama denganku. Kami harus bersahabat dengan cangkang buah karet.

Setelah surat-menyurat beres, kami langsung menuju Balai Pembibitan Karet Sembawa. Lumayan jauh dari tempat tinggalku. Indralaya-Sembawa, sekitar 2 jam lebih. Tapi rumah kedua temanku itu di Palembang, jadi waktu yang dibutuhkan tak sampai 1 jam kesana. Dari pagi sampai sore mungut cangkang buah karet, sampai bentol-bentol seluruh badan karena digigit nyamuk kebon. Si cangkang buah karet yang kami ambil tak bisa langsung dipakai, harus dibersihkan dari tanah dan harus dikeringkan pula. Coba bayangkan harus membersihkan satu per satu cangkang buah karet sebanyak 3 karung! Wow, dari pagi sampai malam. Setiap hari membersihkan cangkang. Sampai-sampai tangan luka karena kena kulit cangkang yang tajam. Semua itu pengorbanan.

Pertengahan Februari 2016 aku sudah mulai masuk lab. Pemasukan yang mahal dan per hari juga mahal karena itu bukan lab di kampusku. Oke, aku harus cepat! Tak sampai 2 minggu penelitianku selesai. Tapi menunggu uji nilai kalor di lab yang berbeda harus menunggu waktu 2 minggu. Setelah uji lab keluar, aku bimbingan dan hasilnya aku harus mengulang penelitianku dari awal. Sedihnyaaaa. Itu berarti aku harus mengeluarkan dana dan waktu lagi.

Sementara persediaan cangkang kami sudah habis. Kami (bertiga) sudah tak sejalan lagi, artinya sudah sibuk penelitian masing-masing. Aku harus mengambil cangkang buah karet sendiri. Kakakku bekerja tak jauh dari sana, akhirnya aku minta ditemani olehnya. Masalah cangkang beres, pikirku. Ketika aku akan penelitian lagi, pihak lab bilang sudah ada mahasiswa lain yang penelitian disana. Dan itu artinya, aku harus mencari lab lain yang ada furnace-nya. Karena penelitianku sangat bergantung pada furnace. Aku hampir patah semangat karena aku harus mengeluarkan dana lebih lagi dan pastinya harus mengurus surat-menyurat lagi yang rumit lagi lama. Padahal aku ingin cepat selesai penelitian. Target wisuda bulan April, lewat. Baiklah aku sudah mendapatkan lab yang bisa aku pakai penelitian, tapi suratku belum jadi makanya harus menunggu dulu. 2 minggu kemudian suratku jadi, tapi malah alatnya yang rusak. Baru kemarin pula rusaknya. Oh Tuhaaaaan!! Ya, aku ingat. Ada Lab Dasar Bersama, tempatku praktikum dulu. Disana ada alat baru di lab Kimia Fisika. Alhamdulillah analisnya masih kenal dan baik hati memperbolehkan penelitian meskipun belum ada surat dari dekanat. Sebulan sudah aku penelitian disana, Mei baru selesai. Target wisuda bulan Juni lewat pula.

Target wisuda Agustus juga nampaknya tak bisa. Aku belum bimbingan lagi, belum seminar hasil, belum juga sidang skripsi. Perjalanan masih panjang. Setelah selesai penelitian, aku tak bisa bimbingan karena dosen sudah mulai liburan. Baiklah kita liburan juga. Tinggal mudik dulu saja. Setidaknya penelitianku sudah selesai tinggal mengolah data dan mulai membuat pembahasan.

***Penelitian yang panjang akhirnya selesai***

Memasuki babak baru, yuhuuu semester 9 yang kurindukan. Berharap bisa lulus di semester ini. Sudah bosan ditanya “kapan wisuda? Kok belum lulus?”. Akhirnya 6 September 2017, aku bisa seminar hasil. Kali ini dosen PS 1 yang menemani seminar. Beliau tiba di kampus tepat beberapa menit sebelum giliranku maju. Alhamdulillah semua lancar, beliau juga membelaku dan menasihatiku layaknya seorang ayah dan anaknya. Aku terharu, beliau ternyata begitu perhatian dengan mahasiswa bimbingannya. Meskipun agak keras tapi beliau hatinya lembut. Pernah saat penelitian (yang diulang) aku tak bimbingan selama 3 minggu karena belum dapat data. Beliau tahu betul aku tak bimbingan sudah 3 minggu, perhatian kan? Revisi seminar hasil juga tak banyak, jadi bisa daftar sidang bulan Oktober.

Oktober semangat! Betapa bahagianya aku menyambut Bulan Oktober. Ini bulan lahirku dan juga momen pentingku untuk menjemput gelar Sarjana Pendidikan. Saking semangatnya aku, rela bolak-balik Palembang-Indralaya supaya cepat di ACC sidang. Minta tanda tangan ini, minta tanda tangan itu. Urus berkas ini, urus berkas itu. Banyak prosesnya. Bulan ini sangat banyak mahasiswa yang akan sidang. Sidang yang biasanya hanya satu hari dalam sebulan, kali ini dibuat 2 hari. Sempat dengar berita simpang siur sana sini yang membuat gugup bertambah.

Tragedi sebelum sidang terjadi. 10 Oktober adalah hari ulang tahunku, namun pada tanggal 23 Oktober (H-3 sidang) sahabatku sejak bangku SMA memberikan sebuah kejutan ulang tahun kepadaku. Nah pada saat itulah HP ku rusak, entah karena apa penyebabnya. Aku belum sempat ke Palembang lagi untuk memperbaikinya, masih ada HP kecil yang bisa dipakai untuk SMS dan telpon. Selasa pagi (H-1 sidang), aku dapat kabar bahwa seluruh mahasiswa yang akan sidang harus hadir di Kampus Ogan Palembang. Palembang-Indralaya itu butuh 1 jam lebih, belum lagi pagi itu hujan deras. Rumahku jauh dari halte TransMusi. Pergi dengan kehujanan, sembari membawa tas berisi baju untuk menginap dan perlengkapan sidang. Sampai di kampus, ZONK! Aku yang sudah kucel, kelaparan dan basah kuyup ternyata kedatanganku sia-sia. Aku tetap sidang besok (Rabu, 26 Oktober 2016). Baiklah, aku akan tetap bersabar.

Malamnya, aku menginap di salah satu rumah teman se-PA-ku di dekat Kampus Ogan. Bukannya belajar untuk sidang, kami bertiga malah membuat sebuah pesta kecil karena aku ulang tahun di tanggal 10 dan temanku yang satunya ulang tahun di hari itu. Sedikit ketakutan tapi tak enak kalau aku tinggal mereka belajar di kamar. Dan aku tertidur nyenyak tanpa dosa setelahnya. Bangun pagi! Oh Tuhan, hari ini aku sidang tapi semalam tak belajar! Ada rasa menyesal, tapi ya mau bagaimana lagi semua sudah lewat.

Aku dapat jadwal maju sidang jam 10. Semua sudah siap. Aku semakin tegang. Dosen PS 2 sudah hadir, satu dosen penguji ke luar negeri, satu sudah hadir dan tinggal menunggu satu penguji lagi. Aku agak cemas karena jam 09.45 dosen pengujiku belum datang. Jika beliau tak datang, sidangku akan diundur. Beliau juga ada jadwal mengajar hari itu di Indralaya. Tapi tak berapa lama sebelum aku maju, beliau datang. Alhamdulillah. Sidang lancar. Dan aku lulus ujian akhir.

Dan lagi, revisiku tak banyak jadi bisa daftar wisuda Desember. Akhirnya, bisa wisuda di semester 9 dengan predikat “CUMLAUDE / DENGAN PUJIAN”. Tepatnya, yudisium tanggal 7 Desember 2016 dan wisuda tanggal 8 Desember 2016. Mulai dari seminar proposal sampai wisuda, tepat satu tahun (8 Desember 2015-8 Desember 2016).


Dari pengalamanku yang sangat amat panjang ini, percayalah bahwa semua ada masanya. Termasuk masa-masa mengerjakan skripsi yang melelahkan tapi juga akan dirindukan. Lulus pasti ada waktunya, di waktu yang tepat bagi kita. Aku yang termasuk agak telat lulusnya (4 tahun 2 bulan masa studi), menyadari bahwa aku bisa semakin dekat dengan kedua dosen pembimbing skripsi dan dosen pengujiku. Aku juga bisa mengenal dan lebih akrab dengan teman-temanku yang kurang akrab sebelumnya. Menjalin relasi lebih luas lagi karena pindah-pindah lab. Akrab dengan admin prodi karena suratku tak kunjung selesai. Dan pastinya, aku mengukir kenangan manis di FKIP UNSRI. Terima kasih, aku sudah dapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Aku sekarang, Ina Ayu Nengtyas, S.Pd. 

 *** Galeri Foto ***

Foto bersama Dra. Bety Lesmini, M.Sc. Dosen Pembimbing 2 setelah sidang

Foto setelah sidang
Foto yudisium bersama sahabat (minus 1 karena sudah lulus duluan)


Foto bersama Mama, Baba dan Makwo sebelum masuk Auditorium


Foto setelah wisuda


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, kami segan.