Sejatinya
kita memang harus melupakan kesedihan di masa lalu. Aku sudah ikhlas atas
kekecewaan yang terjadi minggu lalu, bulan lalu, atau bahkan tahun lalu yang
terjadi padaku. Hanya saja aku sulit untuk melupakannya. Mendengar seseorang mengungkit
kekecewaan itu, aku kembali berkecil hati. Ibarat pribahasa, nila setitik rusak
susu sebelanga. Ini memang kelihatannya sepele bagi yang hanya ingin coba-coba,
tapi bagaimana dengan orang yang benar-benar serius akan hal itu. Tidak
dipungkiri, kecewa itu sangat amat mendalam. Merasa orang paling bodoh dan
selalu bertanya-tanya apa yang salah pada diriku? Mata seolah enggan menangisi
hal itu. Raga ini terlalu angkuh. Akan tetapi, rasa sakitnya itu sangat membekas
di hati. Aku iri. Melihat seseorang yang kukenal bisa mencapainya, aku makin
bertanya-tanya apa yang salah?
“Tidak,
tidak ada yang salah pada diriku. Mungkin ada kesalahan pada orang sebelumku.”,
gumamku dalam hati. Berhari-hari aku merasakan kekecewaan itu. Menjauh dari
teman-teman. Puasa bicara di rumah. Melakukan sesuatu dengan terpaksa. Banyak
termenung memikirkan hal yang tidak berguna. Selalu menyalahkan diri sendiri.
Secara psikologis, aku sedang dalam keadaan tak baik. Jiwaku bisa dibilang
terguncang. Tak dapat mengendalikan perasaan.
Oh,
bodohnya. Mencoba ingin sendiri dengan menghilang tanpa kabar dari orang-orang
membuatku sadar bahwa aku tak bisa sendiri. Manusia merupakan makhluk sosial.
Menyadari hal itu, semuanya akan kembali baik-baik saja. Aku mencoba terbuka
kembali pada orang lain. Meski aku tak bisa 100% percaya pada orang lain.
Manusia itu memiliki sisi khilafnya, sebaik-baiknya orang adalah menyembunyikan
aibnya dan aib saudaranya. Berkata yang semestinya saja. Sekarang mencoba
tawakal atas apa yang terjadi. Kembali pepatah mengatakan, banyak jalan menuju
Roma. Aku punya jalan sendiri untuk menggapai sesuatu yang menjadi milikku
nantinya. Bukan dengan cara ini. Jika kekecewaan dirasakan sekarang, mungkin
nanti bisa mengambil hikmah dari datangnya kekecewaan itu. Tak mengapa.
Seseorang pernah mengatakan untuk selalu tersenyum dan membuat orang-orang di
sekitarmu bahagia bila di dekatmu. Setidaknya kau bisa bermanfaat bagi orang
lain dengan membuatnya senang. La tahzan J