Translate

Jumat, 06 Juli 2018

La Tahzan

Sejatinya kita memang harus melupakan kesedihan di masa lalu. Aku sudah ikhlas atas kekecewaan yang terjadi minggu lalu, bulan lalu, atau bahkan tahun lalu yang terjadi padaku. Hanya saja aku sulit untuk melupakannya. Mendengar seseorang mengungkit kekecewaan itu, aku kembali berkecil hati. Ibarat pribahasa, nila setitik rusak susu sebelanga. Ini memang kelihatannya sepele bagi yang hanya ingin coba-coba, tapi bagaimana dengan orang yang benar-benar serius akan hal itu. Tidak dipungkiri, kecewa itu sangat amat mendalam. Merasa orang paling bodoh dan selalu bertanya-tanya apa yang salah pada diriku? Mata seolah enggan menangisi hal itu. Raga ini terlalu angkuh. Akan tetapi, rasa sakitnya itu sangat membekas di hati. Aku iri. Melihat seseorang yang kukenal bisa mencapainya, aku makin bertanya-tanya apa yang salah?
“Tidak, tidak ada yang salah pada diriku. Mungkin ada kesalahan pada orang sebelumku.”, gumamku dalam hati. Berhari-hari aku merasakan kekecewaan itu. Menjauh dari teman-teman. Puasa bicara di rumah. Melakukan sesuatu dengan terpaksa. Banyak termenung memikirkan hal yang tidak berguna. Selalu menyalahkan diri sendiri. Secara psikologis, aku sedang dalam keadaan tak baik. Jiwaku bisa dibilang terguncang. Tak dapat mengendalikan perasaan.
Oh, bodohnya. Mencoba ingin sendiri dengan menghilang tanpa kabar dari orang-orang membuatku sadar bahwa aku tak bisa sendiri. Manusia merupakan makhluk sosial. Menyadari hal itu, semuanya akan kembali baik-baik saja. Aku mencoba terbuka kembali pada orang lain. Meski aku tak bisa 100% percaya pada orang lain. Manusia itu memiliki sisi khilafnya, sebaik-baiknya orang adalah menyembunyikan aibnya dan aib saudaranya. Berkata yang semestinya saja. Sekarang mencoba tawakal atas apa yang terjadi. Kembali pepatah mengatakan, banyak jalan menuju Roma. Aku punya jalan sendiri untuk menggapai sesuatu yang menjadi milikku nantinya. Bukan dengan cara ini. Jika kekecewaan dirasakan sekarang, mungkin nanti bisa mengambil hikmah dari datangnya kekecewaan itu. Tak mengapa. Seseorang pernah mengatakan untuk selalu tersenyum dan membuat orang-orang di sekitarmu bahagia bila di dekatmu. Setidaknya kau bisa bermanfaat bagi orang lain dengan membuatnya senang. La tahzan J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, kami segan.