Translate

Minggu, 18 Mei 2014

Tipe-tipe Mahasiswa

Pada dasarnya, mahasiswa merupakan orang yang menuntut ilmu di sekolah tinggi. Sama halnya dengan seorang siswa, tugas utama dari mahasiswa adalah belajar. Akan tetapi, kehidupan kampus banyak mengajarkan mahasiswa tentang segala sesuatu di luar dari tugas utamanya. Berikut akan saya jelaskan tentang beberapa tipe mahasiswa menurut survey selama saya menjadi mahasiswa.
1.        Mahasiswa Pendulang Prestasi
Mahasiswa yang satu ini, sangat fokus kepada kegiatan akademiknya. Tentunya memiliki ambisi yang besar untuk memenangkan suatu perlombaan dalam hal akademik pastinya. IPK aman lancar, selalu di atas 3. Kekurangan dalam tipe ini adalah mahasiswanya individual. Sosialisasi antarmahasiswa kurang jadi pergaulannya terbatas.
2.        Mahasiswa Pecinta Organisasi
Mahasiswa yang satu ini adalah mahasiswa yang sangat menomorsatukan  organisasinya. Perkuliahan dijadikan yang nomor dua. Padahal sudah dijelaskan sebelumnya kalau tugas utama mahasiswa adalah belajar. Mahasiswa yang satu ini cenderung  asal-asalan dalam mengerjakan tugas.
3.        Mahasiswa Sukses Prestasi dan Organisasi
Mahasiswa tipe ini adalah mahasiswa yang diidam-idamkan setiap mahasiswa.  Sukses kuliah, organisasinya juga sukses. Sulit memang membagi waktu kuliah dengan organisasi. Bukan cuma kuliah yang lancar tapi prestasi yang diraih di luar kuliah juga banyak.
4.        Mahasiswa Wirausahawan
Tipe ini adalah mahasiswa yang belajar berwirausaha di kampus. Sekedar berjualan pulsa, kartu perdana, keperluan kuliah, atau yang lainnya. Biasanya untung yang dibandrol tidak begitu besar karena memahami keuangan sebagai sesama mahasiswa.
5.        Mahasiswa Pecinta Kosan
Waktu di kampus selalu ingin pulang ke kosan. Entah memiliki daya tarik apa kosan tersebut sehingga selalu dirindukan tuannya. Biasanya mahasiswa ini kurang mengenal kehidupan kampus dan anti-organisasi.
6.        Mahasiswa Suka Mudik
Yuhuu, mungkin ungkapan home sweet home sangat diterapkan pada mahasiswa ini. Setiap ada libur, pikirannya selalu ingin mudik. Kalau sudah di rumah, semua tugas pasti terbengkalai. Hal yang bisa dilakukan di rumah hanyalah tidur dan makan. Itu yang pokok. Jadi saran saya, mudiklah si saat yang tepat. Atau dengan kata lain, mudik saat tak ada deadline tugas.
7.        Mahasiswa Pencari Kesenangan
Dengan kuliah kita bisa senang karena bertemu dengan teman-teman. Biasanya mahasiswa yang satu ini memiliki masalah dengan kegiatan di luar kuliahnya. Mungkin di kosan tidak nyaman jadi mencari kesenangan di kampus.
8.        Mahasiswa Sekedar Kuliah
Sesuai dengan tugas utama mahasiswa yaitu belajar. Mahasiswa tipe ini menganggap kuliah sebagai keterpaksaan. Umumnya tidak punya ambisi terhadap perkuliahan dan kuliahnya biasa-biasa saja.
Itulah tipe-tipe mahasiwa yang sudah saya amati selama ini. Jika ada yang ingin menambahkan beberapa tipe mahasiswa lainnya, bisa ditambahkan dalam kolom komentar.

Kamis, 15 Mei 2014

Rindu Nge-blog

Asik blog walking si doi, baru sadar deh kalo udah lama gak nge-blog. Bisa dibilang udah jarang banget buka blog kecuali cari tugas dari blog orang lain :D Pas buka blog juga bingung mau nulis apaan. Yah, kali ini mungkin sekedar curhatan seorang anak manusia yang mengabaikan blognya berbulan-bulan. *Maafin aku ya* Terkesan agak lebay sih hehehe. Sesuai sama judul kali ini, -Rindu Nge-blog- ya jadi kali ini bisa saya ceritakan alasan saya gak nge-blog selama berbulan-bulan tadi. Bukan apa-apa, kalo yang belum tau sih saya adalah mahasiswa semester 4 sekarang. Di program studi saya, mahasiswa tahun ke-2 itu emang masa sibuk-sibuknya. Laporan praktikum tiap minggu selalu menanti. Bukannya satu atau dua lembar bahkan seminggu bisa 40 lembar yang harus di tulis tangan. Serem kan? Tapi semuanya sudah berlalu, semester 4 akan segera usai. UAS tinggan satu mata kuliah dan itu jadwalnya selasa dan rabu depan. Well, buat ngisi waktu liburan akhir pekan yang panjaaaaaaang ini *kamis-jumat-sabtu-minggu-senin* nge-blog kayaknya asik. Belajar, pasti dong, tapi refresh otak boleh kali ya? hehe. Oke, kita lupakan cerita gak jelas kayak barusan. Jadi alasan pertama gak nge-blog adalah nulis laporan praktikum yang bejibun dan tugas kuliah lainnya yang serba deadline. Kedua, sibuk ngurusin himpunan. Saya emang bukan anak organisasi tapi entah ada angin apa saya mengajukan diri buat jadi ketua departemen. Dan departemen tersebut sangat vital dalam sebuah organisasi. Entahlah, saya sering banget melakukan hal yang sejatinya terkesan tidak dipikirkan matang-matang. Udah nunjuk di depan orang banyak, harus tanggung jawab dong. Iya, sekarang fokus sama itu aja. Mulai mencintai apa yang seharusnya dilakukan seorang ketua departemen. Tapi jujur, sejujur-jujurnya, ngumpulin orang dalam sebuah organisasi itu susah pake banget deh. Yah, tugas saya harus kayak gitu. Mempererat silaturahmi antaranggota. Ketua departemen yang baik adalah orang yang punya RPP alias Rencana Pelaksanaan Proker. Terinspirasi dari beberapa mata kuliah yang sering membahas RPP, RPP dalam organisasi sama pentingnya kalo jadi guru nanti yang harus punya RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Supaya organisasi terarah :D Itu dia dijelaskan alasan kenapa gak nge-blog. Cuma dua dan agak njelimet juga penjelasannya hihi. Tapi cukup mengobati rasa rindu akan nulis sesuatu di-blog. Pelajaran yang bisa kamu ambil dari cerita ini adalah jangan mengabaikan sesuatu yang kecil sekali pun. 

Rabu, 14 Mei 2014

Kompetensi Kepribadian

PROFESI KEPENDIDIKAN
KOMPETENSI KEPRIBADIAN
 








          Nama                           : Tiara Octa Piranti (06121010012)
   Ina Ayu Nengtyas (06121010013)
            Kelompok                   : 6
Dosen Pengasuh          : Drs. Imron Abdul Hakim
  Drs. A. Rachman Ibrahim, M.Sc.Ed.

                  
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah profesi kependidikan.
 Dalam penulisan makalah ini, penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT dan kedua orang tua serta kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini terutama kepada Bapak Drs. Imron Abdul Hakim dan Bapak Drs. A. Rachman Ibrahim, M.Sc.Ed. selaku dosen pengasuh, serta teman-teman Pendidikian Kimia 2012.
. Penulis berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan. Penulis juga mengharapkan agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembacanya.


                                                                                    Indralaya, 15 Februari 2014


                                                                                                Penyusun



DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................................. 2
BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian Kompetensi................................................................................... 3
2.2 Pengertian Kompetensi Kepribadian.............................................................. 4
2.3 Kompetensi Kepribadian yang Harus Dimiliki Guru...................................... 5
2.4 Aspek-aspek Kompetensi Kepribadian Guru.................................................. 7
2.5. Hubungan antara Kompetensi Kepribadian dan Guru................................... 8
2.6. Contoh Nyata Kompetensi Kepribadian Guru............................................... 8
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan..................................................................................................... 10
3.2 Saran............................................................................................................... 10
Daftar Pustaka...................................................................................................... 11



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Manusia pada umumnya mempunyai masing-masing peran dalam kehidupan berkaitan dengan keberadaan dirinya. Sebagai makhluk sosial tentunya setiap insan harus menerima penilaian dari orang-orang di sekitarnya berdasarkan perilaku yang ditampilkannya baik secara individu maupun sosial. Dimanapun seseorang berada pasti akan mendapat sorotan dari masyarakat di sekitarnya.
Terlebih lagi bagi seseorang yang mempunyai peran sebagai seorang guru. Posisi kehidupan guru tentu akan mendapat penilaian yang beragam dari masyarakat di sekitarnya. Seorang guru dituntut mempunyai dedikasi yang tinggi untuk menggeluti dunia keguruan. Seorang guru juga dituntut memahami hakikat profesi keguruan yang tidak lepas dari persoalan individu dan sosial guru.
Pelaksanaan tugas sebagai guru harus didukung oleh suatu perasaan bangga akan tugas yang dipercayakan kepadanya untuk mempersiapkan generasi masa depan. Untuk itu seorang guru memerlukan suatu kompetensi dalam melaksanakan tugasnya. Suatu kompetensi kepribadian seorang guru yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

1.2  Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud kompetensi kepribadian?
2.       Apa saja kompetensi kepribadian guru?
3.      Apa saja aspek-aspek kompetensi kepribadian guru?
4.      Apa hubungan antara kompetensi kepribadian dan guru?
5.      Apa contoh nyata dari kompetensi kepribadian guru?


1.3  Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui pengertian kompetensi kepribadian.
2.      Mengetahui kompetensi kepribadian guru?
3.      Mengidentifikasi aspek-aspek kompetensi kepribadian guru?
4.      Mendeskripsikan hubungan antara kompetensi kepribadian dan guru?
5.      Mendeskripsikan contoh nyata dari kompetensi kepribadian guru?



















BAB II
PEMBAHASAN

2.1         Pengertian Kompetensi
Kompetensi adalah kemampuan secara umum yang harus dikuasai lulusan (Mukminan, 2003 : 3). Menurut Hall dan Jones (Mukmina, 2003, 3) menyatakan kompetensi adalah pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dari kemampuan yang dapat diamati dan diukur. Salah satu ciri sebagai profesi, guru harus memiliki kompetensi sebagaimana dituntut oleh disiplin ilmu pendidikan (pedagogi) yang harus dikuasainya. Dalam hal kompetensi ini, Direktorat Tenaga Kependidikan telah memberi definisi kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Berdasarkan Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada BAB IV kualifikasi dan kompetensi, pasal 7 ayat 2 berbunyi : Kompetensi guru sebagai agen pembelajaran meliputi kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Tetapi pada pembahasan ini, hanya dibatasi pada kompetensi kepribadian. Menurut Usman (2004) Kemampuan pribadi meliputi :
1. kemampuan mengembangkan kepribadian
2. kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi
3. kemampuan melaksanakan bimbingan dan penyuluhan.
Kompetensi diartikan sebagai kemampuan, maka kompetensi guru adalah kemampuan seorang tenaga pengajar atau tenaga pendidik dalam menjalankan tugasnya. Daeng Sudirwo (2002:76) menyatakan : ”Kompetensi artinya kewenangan, kecakapan ataupun kemampuan. Disini lebih tepat kalau kompetensi diartikan dengan kemampuan”. Echols & Shadily dalam Suwardi (2007:3), menyatakan bahwa: “kata kompetensi berasal dari Bahasa Inggris competency sebagai kata benda competence yang berarti kecakapan, kompetensi, dan kewenangan”.
Suharsimi (1993:249), mengemukakan bahwa : ”Konsep kompetensi tidak sekedar perbuatan yang tampak dan dapat dilihat, akan tetapi kompetensi juga berkaitan dengan potensi-potensi untuk melakukan tindakan. Misalnya, pengetahuan merupakan potensi yang mendukung tindakan.
Usman (1994:1) mengemukakan kompentensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif. McAhsan (1981:45), sebagaimana dikutip oleh Mulyasa (2003:38) mengemukakan bahwa kompetensi: “…is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieves, which become part of his or her being to the extent he or she can satisfactorily perform particular cognitive, affective, and psychomotor behaviors”. Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.
Sejalan dengan itu Finch & Crunkilton (1979:222), sebagaimana dikutip oleh Mulyasa (2003:38) mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan.

2.2.  Pengertian Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah komperensi yang berkaitan dengan prilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nila-nilai luhur sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari. Kompetensi kepribadian merupakan sejumlah kompetensi yang berhubungan dengan kemampuan pribadi dengan segala karakteristik yang mendukung pelaksanaan tugas guru. 
Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Pribadi guru juga sangat berperan dalam membentuk pribadi peserta didik, termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk pribadinya. Sangat di butuhkan oleh peserta didik dalam proses pembentukan pribadinya. Kompetensi kepribadian memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan Negara, dan bangsa pada umumnya. Setiap guru di tuntut untuk memiliki kompetensi kepribadian yang memadai, bahkan kompetensi ini akan melandasi atau mejadi landasan bagi kompetensi-kompetensi lainnya. Dan yang paling penting adalah bagaimana dia menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualias pribadi peserta didik. 
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial; bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai guru; dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma. Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru. Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak. Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani. Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.

2.3. Kompetensi Kepribadian yang Harus Dimiliki Guru
Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan peserta didik. Guru harus mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan kemant\apan dan integritas kepribadian seorang guru.Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian.
Aspek-aspek kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu: 
1.    Mantap dan stabil yang memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma hukum, norma sosial, dan etika yang berlaku, dan bangga sebagai guru.
2.    Dewasa, yang berarti mempunyai kemandirian untuk bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
3.    Arif dan bijaksana, yaitu perilaku yang menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak, menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat.
4.    Berwibawa, yaitu perilaku guru yang disegani sehingga berpengaruh positif terhadap peserta didik.
5.    Memiliki akhlak mulia dan memiliki perilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik, bertindak sesuai norma religious, jujur, ikhlas, dan suka menolong.
Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education mengemukakan kompetebsi pribadi guru sebagai berikut:
1.    Pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama.
2.    Pengetahuan tentang budaya dan tradisi.
3.    Pengetahuan tentang inti demokrasi.
4.    Pengetahuan tentang estetika.
5.    Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial.
6.    Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan.
7.    Setia terhadap harkat dan martabat manusia.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah sikap yang mencerminkan pribadi yang berakhlak mulia, berwibawa, bijaksana, dewasa, mantap dan stabil dalam menjalani tugasnya, memiliki pengetahuan berkaitan dengan bidangnya sebagai seorang pendidik dan pembina, juga harus mempunyai etos kerja yang tinggi dalam menjalankan tugasnya.

2.4. Aspek-aspek Kompetensi Kepribadian Guru
Seorang guru harus memiliki aspek-aspek kompetensi kepribadian, antara lain sebagai berikut :
1.    Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
2.    Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
3.    Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. 
4.    Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.
5.    Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
6.    Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya.
7.     Pemahaman penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya di anut oleh seorang guru.
8.     Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya (Sanusi,1991 dalam Djam’an Satori, dkk, 2007)
9.    Memiliki kepribadian yang arif, yang ditunjukkan dengan tindakan yang bermanfaat bagi peserta didik, sekolah dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.




2.5. Hubungan antara Kompetensi Kepribadian dan Guru
            Peserta didik mendambakan kepribadian gurunya, karena itu seorang guru harus berani tampil beda dan unggul agar bisa di tiru dan di teladani oleh peserta didiknya. Guru harus berani tampil beda karena dituntut untuk memberikan dan memelihara pandangan tentang keagungan kepada peserta didiknya. Guru harus trampil dalam berkomunikasi dengan peserta didik disegala umur. Masalah kepribadian merupakan faktor yang menentukan terhadap keberhasilan melaksanakan tugas sebagai pendidik. 
Kepribadian dapat menentukan apakah guru menjadi pendidik dan pembina yang baik ataukah akan menjadi perusak masadepan anak didik. Kepribadian adalah unsur yang menentukan keakraban hubungan guru dengan anak didik. Kepribadian guru akan tercermin dalam sikap dan perbuatannya dalam membina dan membimbing anak didik. Seorang guru yang sejati akan menjadikan dirinya sebagai bagian dari anak didik yang berusaha untuk memahami semua anak didik dan kata-katanya, memahami kesulitan dalam hal belajar dan masalah diluar belajar yang dapat menghambat aktifitas belajar anak didik.
Berkenaan dengan kepribadian hal ini memang menjadi salah satu kompetensi yang amat penting. Guru sering memperoleh peran menjadi panutan atau idola untuk salah satu atau beberapa aspek kepribadian, misalnya sopan santun, tekun dan rajin belajar, dan sebagainya. Itulah sebabnya sikap dna perilaku guru dalam kehidupan sehari-hari menjadi salah satu ukuran untuk menentukan bentuk keteladanan guru bagi anak didiknya.

2.6. Contoh Nyata Kompetensi Kepribadian Guru
Contoh kompetensi kepribadian guru dari kehidupan nyata, kami ambil dari seorang guru yang mengabdi pada sebuah sekolah di Jawa Timur, beliau bernama ibu Ria Saituloh. Di lihat dari pendidikan terahir saat mengajar beliau masih setara dengan lulusan SMA, tetapi beliau sedang menjalani pendidikan S1. Beliau adalah salah seorang guru yang profesional. Karna dalam mengajar di dalam kelas beliau tidak pernah mencampur adukan urusan pribadinya. Beliau adalah sosok seorang guru yang berkepribadian baik, sabar, sederhana, dan berpenampilan baik. Banyak siswa yang senang di ajar olehnya. Selain mengajar mata pelajaran beliau juga mamapu memberi bimbingan terhadap siswa yang memilki masalah pribadi atau pun masalah yang berkaitan dengan pelajaran. Beliau memberi motivasi dan pengarahan positif terhadap siswa sehingga para siswa mampu merubah dirinya menjadi lebih baik. Beliau pun adalah seorang guru yang disiplin, ketika beliau menjumpai muridnya berbuat kesalahan beliau akan memberi hukaman dengan sewajarnya. Pada intinya beliau adalah sosok seorang guru yang berkepribadian baik yang mampu menjadi teladan bagi murid-muridnya.













BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Dari pembahasan materi yang telah dijabarkan, dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepribadian guru adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi yang khas dari guru itu sendiri berkaitan erat dengan falsafah hidup yang mengharapkan guru menjadi model manusia yang memiliki nilai-nilai luhur sebagai panutan bagi peserta didiknya.
Kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah sikap yang mencerminkan pribadi yang berakhlak mulia, berwibawa, bijaksana, dewasa, mantap dan stabil dalam menjalani tugasnya, memiliki pengetahuan berkaitan dengan bidangnya sebagai seorang pendidik dan pembina, juga harus mempunyai etos kerja yang tinggi dalam menjalankan tugasnya.

3.2    Saran
Kompetensi kepribadian guru semuanya bermuara ke dalam intern pribadi seorang guru, baik kompetensi pedagogik, profesional, dan sosial. Tampilan kepribadian guru akan lebih banyak mempengaruhi minat peserta didik dalam mengikuti dan mengaplikasikan apa yang telah diajarkan oleh guru.  Pribadi guru yang santun, jujur, ikhlas, dan dapat diteladani mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan dalam pembelajaran.
Oleh karena itu, kita sebagai seorang guru dan calon guru harus memiliki aspek-aspek kepribadian guru guna menghasilkan anak didik yang cerdas, pintar, terampil, dan memiliki kepribadian yang sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang luhur.




DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012. Kompetensi Kepribadian Guru. (online). http://www.m-edukasi.web.id/2012/04/kompetensi-kepribadian-guru.html, diaskes tanggal 17 Februari 2014.
Anonim.2012. Makalah Kompetensi Kepribadian. (online). http://lucyarizz13.wordpress.com/2012/11/02/makalah-kompetensi-kepribadian-makul-profesi-pendidikan/, diakses tanggal 17 Februari 2014.
Hidayat, Arip Septianto.2012. Makalah Tentang Kompetensi Kepribadian Guru.(online). http://arfhyuga.blogspot.com/2012/12/makalah-tentang-kompetensi-kepribadian.html, diakses tanggal 17 Februari 2014.
Semarmesem.2011. Kompetensi Kepribadian Guru. (online). http://kholisemar.blogspot.com/2011/11/kompetensi-kepribadian-guru.html, diaskes tanggal 17 Februari 2014.



Jumat, 09 Mei 2014

CARA GURU KIMIA MENGAJAR DI KELAS


Saya adalah seorang mahasiswa Pendidikan Kimia Angkatan 2012 Universitas Sriwijaya. Menurut pemikiran orang awam, kimia itu pelajaran yang sulit dipahami. Awalnya mereka sering bertanya yang seolah memojokkan saya karena lebih memilih kimia daripada yang lain. Saya memilih kimia apalagi program studi pendidikan kimia, tidak lain tujuannya untuk menjadi guru kimia yang berkualitas nantinya. Saya mengharapkan paradigma buruk siswa tentang kimia bisa berubah setelah saya mengajar.
Bisa masuk di Perguruan Tinggi Negeri merupakan prestasi yang luar biasa sepanjang hidup saya. Tanpa berpikir panjang saya memilih Pendidikan Kimia sebagai pilihan pertama dan kedua pada saat mengikuti tes SNMPTN 2012 (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Beberapa alasan saya memilih pendidikan kimia adalah pertama karena nilai ujian kimia saya paling besar di antara nilai ujian mata pelajaran lain. Kedua, pendidikan kimia Sumatera Selatan hanya ada satu-satunya di Universitas Sriwijaya. Karena saya berdomisili di Sumatera Selatan, Universitas Sriwijaya adalah satu-satunya universitas negeri di Sumatera Selatan yang saya incar. Ketiga, saya melihat peluang yang besar untuk menjadi guru kimia karena di daerah asal saya, guru kimia masih sedikit dibandingkan guru mata pelajaran lainnya. Selain itu, pengaruh untuk memilih pendidikan kimia juga sedikit banyaknya saya terima dari guru kimia saya semasa duduk di bangku SMA dulu. Beliau hanya satu semester mengajar di kelas saya tetapi bisa berkesan dan menimbulkan sugesti positif dalam diri saya untuk menjadi seorang guru kimia seperti beliau. Meskipun sejujurnya saya lebih menyukai matematika ketimbang kimia, tapi karena beliau dan beberapa pertimbangan di atas maka saya memutuskan untuk memilih pendidikan kimia. Tidak berharap banyak awalnya karena saya mengikuti tes tanpa ada persiapan khusus, terkesan buru-buru dan tidak direncanakan. Akhirnya saya lulus di Program Studi Pendidikan Kimia dan sampai sekarang saya masih berkesempatan menjadi mahasiswa pendidikan kimia semester 4.
Sebagai mahasiswa semester 4, kami ditawarkan mata kuliah Strategi Belajar Mengajar Kimia. Pada mata kuliah ini, kami diberi tugas untuk mengobservasi cara guru kimia mengajar di kelas. Sebagai calon guru, tentu saja ini merupakan hal penting yang dilakukan untuk memahami bagaimana cara menjadi guru yang disukai siswa dan tentunya bisa memberikan pelajaran secara efektif dan efisien kepada siswa. Untuk mengobservasi guru saat mengajar, saya tidak perlu pergi ke sekolah dan melihat setiap kegiatan guru saat di dalam kelas ketika sedang mengajar. Akan tetapi, saya hanya perlu membangun kembali bayangan-bayang semasa SMA ketika saya masih menjadi siswa yang sedang belajar kimia di kelas. Bedanya sekarang adalah saya bukanlah sebagai seorang siswa yang sedang memperhatikan pelajaran yang diberikan guru melainkan seolah menjadi seorang mahasiswa yang sedang mengamati cara guru tersebut mengajar. Memperhatikan metode dan pendekatan yang digunakan guru tersebut untuk mengajarkan kimia kepada siswa.
Tentu saja, setiap guru memiliki caranya masing-masing ketika mengajar di kelas supaya siswa tertarik untuk belajar. Ada guru yang terlampau tegas kepada siswanya atau sering disebut sebagai guru killer sehingga guru tersebut kurang disukai siswa. Akibatnya pelajaran apapun yang diberikan oleh guru tersebut akan susah diterima siswa karena ada ketakutan dalam diri siswa terhadap guru yang bersangkutan.
Ada juga guru yang mengasyikkan ketika mengajar. Beliau mengajak siswa sesekali belajar sambil bermain atau menerapkan suasana baru setiap pertemuannya. Walaupun demikian, tujuan pembelajaran yang sesungguhnya harus tercapai dan dengan tidak mengurangi komposisi materi belajar yang semestinya harus diajarkan kepada siswa. Metode yang ini biasanya disukai siswa-siswa di banyak sekolah sehingga tidak sedikit guru yang menggunakan metode ini untuk mengajarkan pelajaran kepada siswanya.
Untuk mengawali cerita tentang bagaimana cara guru mengajar kimia, saya akan memulainya berurutan dari kelas X, XI, hingga XII. Sekolah yang saya amati ini kebetulan menerapkan team teaching pada beberapa mata pelajaran di kelas. Seperti yang saya amati pada saat kelas X.B ini, pada mata pelajaran kimia ada dua orang guru yang berada di depan kelas saat itu. Guru pertama merupakan guru senior yang sudah puluhan tahun mengajar. Sementara yang satunya lagi merupakan guru kimia yang masih muda. Terkadang kedua guru tersebut masuk bersamaan seperti yang saya amati saat ini,  kadang juga hanya satu diantaranya yang datang. Saat kedua guru tersebut mengajar bersamaan, guru yang satu menerangkan pelajaran sementara yang satunya lagi mengamati siswa sembari  menambahkan penjelasan yang mungkin terlewatkan oleh penjelasan guru yang pertama. Pada pembelajaran kimia di kelas X.B ini, guru menyarankan buku teks yang sama dengan yang dipakai guru tersebut. Hal ini untuk memudahkan guru jika ingin memberi tugas melalui buku teks yang sama. Akan tetapi, guru tersebut juga menyarankan untuk memakai buku teks yang lain agar referensi yang dimiliki siswa lebih banyak. Siswa bisa meminjam buku teks kimia selain buku teks yang disarankan guru di perpustakaan sekolah.
Pada dasarnya, sekolah yang saya amati ini berada di daerah yang pelajaran kimianya baru diajarkan pada saat di bangku SMA. Untuk jenjang kelas X ini, pembelajaran kimia disini masih merupakan tahap pengenalan kepada siswa. Menekankan kembali bahwa segala yang ada di sekitar kita itu adalah kimia. Reaksi yang terjadi di dalam tubuh manusia, segala yang dimakan, baju yang dipakai, air yang kita minum adalah kimia.
Pada awal pertemuan, guru menjelaskan sedikit atau garis-garis besarnya saja mengenai struktur atom. Kemudian, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri atas 2-3 orang. Dalam kelompok kecil tersebut, guru meminta siswa untuk mencari informasi mengenai perkembangan teori atom menurut para ahli melalui buku teks yang kemudian didiskusikan dalam kelompok. Guru meminta hasil dari diskusi itu dalam bentuk ringkasan tentang perkembangan teori atom menurut para ahli yang sudah dicari dan sudah didiskusikan sebelumnya. Kemudian hasil diskusi tersebut dikumpulkan dan dibahas secara bersama-sama di kelas. Guru meminta salah satu perwakilan kelompok untuk menjelaskan ke depan kelas tanpa menggunakan buku teks. Artinya siswa disuruh menjelaskan kembali perkembangan teori atom yang sudah mereka cari dan diskusikan sebelumnya di dalam kelompoknya masing-masing. Setelah semua perwakilan kelompok menjelaskan kembali ke depan kelas, guru  menerapkan konsep kepada siswa karena semua penjelasan siswa tersebut sudah benar. Akan tetapi agar tidak terjadi miskonsepsi dan pelajaran yang didapat hari ini tidak hilang begitu saja, maka guru tersebut menjelaskan lagi dengan menekankan konsep bukan menghapal buku.
Pada pertemuan kedua, sebelumnya siswa disuruh meringkas buku teks mengenai pelajaran yang akan dibahas di kelas. Pertemuan kedua ini membahas tentang ikatan kimia. Siswa diminta untuk mengumpulkan buku catatan kimia di meja guru. Sementara itu siswa diminta untuk mengerjakan latihan soal pilihan ganda yang ada pada buku teks. Sembari siswa mengerjakan soal yang ada di buku teks, guru memeriksa dan memberi nilai dari tugas meringkas buku yang diberikan kepada siswa sebelumnya. Setelah guru memeriksa dan memberi nilai pada buku catatan siswa, guru tersebut berkeliling menuju tempat duduk siswa untuk mengamati kesulitan yang dialami siswa dalam menjawab soal yang diberikan. Sesekali guru meluruskan jawaban dari siswa sembari menjelaskan sedikit di tempat duduk siswa tersebut. Setelah itu guru memberikan waktu 5 menit lagi kepada siswa untuk mengerjakan soal tersebut. Lima menit kemudian, jawaban siswa dikumpul lalu di tukar dengan teman satu barisannya. Guru meminta siswa secara bergantian untuk membacakan soal sekaligus jawabannya. Guru mengoreksi jawaban siswa dan memberikan sedikit penjelasan di setiap jawaban dari pertanyaan tersebut. Hasil dari latihan soal ini dikumpulkan di meja guru untuk dimasukkan ke dalam penilaian sekaligus untuk evaluasi pembelajaran pada mata pelajaran guru tersebut.
Pertemuan selanjutnya adalah hukum dasar kimia. Seperti biasa, siswa diminta untuk meringkas buku tentang materi ini sebelumnya dan dinilai oleh guru. Pada pembahasan ini, guru menggunakan metode ceramah. Guru menjelaskan tentang berbagai hukum dasar kimia yaitu Hukum Lavoisier, Hukum Proust, Hukum Dalton, Hukum Gay-Lussac dan Hukum Avogadro dengan menggunakan media papan tulis untuk menuliskan ringkasan atau intisari dari hukum-hukum tersebut. Sebelum menjelaskan tentang hukum-hukum dasar kimia di atas, guru mengajarkan tentang tatanama senyawa yang sangat penting dalam kimia karena akan mengalami kesusahan belajar kimia nantinya jika siswa tidak bisa memberi nama pada suatu senyawa.
Berkaitan dengan penamaan senyawa tadi, selanjutnya guru memberikan persamaan reaksi sederhana dengan menggunakan nama senyawa-senyawa yang sederhana seperti asam klorida dengan natrium hidroksida. Guru menujuk salah seorang siswa untuk diminta menuliskan reaksinya di depan kelas. Guru bisa menunjuk siswa yang dirasa masih belum mengerti dalam peenulisan reaksi. Jika siswa pertama belum bisa menuliskan reaksi dengan benar, guru menunjuk siswa lagi yang bisa membenarkan reaksi tersebut sehingga didapatlah reaksi yang benar seperti ini: HCl(aq) + NaOH(aq) à NaCl(aq) + H2O(l). Setelah diamati jika siswa sudah mengerti dengan persamaan sederhana ini, guru memberikan reaksi dengan  menggunakan koefisien yang berbeda. Masih sama dengan sebelumnya, guru menyebutkan nama senyawa dan meminta siswa untuk menuliskan persamaan reaksinya di depan kelas. Guru menyebutkan senyawa yang direaksikan adalah larutan asam sulfat dengan kalium hidroksida. Untuk persamaan reaksi ini, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menentukan senyawa hasil reaksi. Seharusnya siswa menuliskan H2SO4(aq) + 2KOH(aq) à K2SO4 (aq) + 2H2O(l). Kemudian guru mengajarkan cara menentukan hasil reaksi dan juga cara menyetarakan reaksi sesuai dengan koefisiennya.
Setelah siswa paham bagaimana cara menuliskan persamaan reaksi kimia dan menyetarakan persamaan reaksi tersebut, guru kemudian menjelaskan hukum-hukum dasar kimia seperti Hukum Lavoisier, Hukum Proust, Hukum Dalton, Hukum Gay-Lussac dan Hukum Avogadro. Guru menjelaskan satu per satu hukum dasar kimia tersebut seraya memberikan beberapa contoh sederhana aplikasi dari hukum-hukum dasar kimia tersebut. Setelah itu, guru memberikan soal yang berhubungan dengan hukum dasar kimia melalui buku teks. Siswa disuruh mengerjakan soal tersebut di buku latihan. Guru membantu siswa yang mengalami kesulitan saat mengerjakan soal tersebut. Setelah soal selesai dikerjakan, maka jawaban dari soal tersebut dibahas bersama di dalam kelas.
Selanjutnya materi yang akan disampaikan adalah mengenai stoikiometri atau perhitungan kimia. Perhitungan kimia yang paling mendasar yaitu mengenai konsep mol yang sama pentingnya dengan penyetaraan reaksi karena kimia sangat berhubungan dekat dengan mol. Jumlah mol bisa dikonversikan ke dalam jumlah partikel, massa maupun volume zat. Untuk memudahkan mengkonversi jumlah mol dengan jumlah partikel, massa maupun volume zat, maka guru membuat sebuah skema atau diagram konsep mol seperti ditunjukkan dalam skema di bawah ini:

Gambar 1. Skema Konsep Mol
    

                                  

            Dari skema di atas, siswa dapat mengingat dengan mudah cara mengkonversikan jumlah mol ke dalam jumlah partikel, massa ataupun volume zat. Siswa tidak perlu menghapal rumus yang banyak, cukup dengan mengingat dan memahami skema tersebut maka dengan mudah siswa bisa mengkonversikan mol ke beberapa bentuk lainnya. Sebelumnya guru menjelaskan cara memahami skema di atas. Jika massa dan Ar/Mr yang diketahui, maka untuk mencari mol siswa bisa membagi massa dengan Ar/Mr yang diketahui sebelumnya, dan begitu sebaliknya. Selanjutnya jika diketehui mol dan ingin dikonversikan menjadi jumlah partikel, maka siswa bisa mengalikan mol dengan bilangan Avogadro yang bernilai 6,022 x 1023 mol-1 dan begitu sebaliknya. Kemudian untuk mengkonversikan mol ke bentuk volume zat, siswa dapat mengalikan mol dengan 22,4 L atau membagi volume dengan 22,4 L jika ingin mencari mol.
            Selanjutnya untuk menentukan rumus empiris dan rumus molekul, menentukan rumus air kristal, menentukan kadar zat dalam suatu senyawa, menentukan pereaksi pembatas dalam suatu reaksi, serta menentukan banyak zat pereaksi atau hasil reaksi, guru masih menggunakan metode sama seperti pertemuan sebelumnya yaitu dengan menjelaskan di papan tulis kemudian memberikan latihan-latihan soal kepada siswa untuk dibahas bersama-sama di dalam kelas.
            Materi berikutnya mengenai larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit. Dalam pembelajaran kali ini, guru masih menggunakan metode ceramah. Selain itu, guru juga menayangkan video tentang yang menampilkan perbedaan larutan elektrolit dan nonelektrolit. Dalam video tersebut ada tiga buah gelas kimia yang berisi larutan. Gelas kimia pertama berisi larutan asam klorida (HCl), gelas kimia kedua berisi larutan asam asetat (CH3COOH), dan gelas kimia ketiga berisi aquadest. Setelah itu, larutan tersebut dihubungkan dengan alat penguji elektrolit. Ketika elektroda dicelupkan ke dalam larutan maka gelas kimia pertama menghasilkan gelembung dan lampu menyala dengan terang. Gelas kimia kedua menghasilkan sedikit gelembung dan lampu menyala dengan redup. Sedangkan gelas kimia ketiga tidak menghasilkan gelembung dan lampu tidak menyala. Dari video tersebut siswa diminta untuk menyimpulkan apa yang mereka lihat dengan materi pelajaran hari itu.
Kemudian guru menjelaskan bahwa larutan elektrolit itu merupakan larutan yang dapat menghantarkan arus listrik jika dalam percobaan larutan elektrolit ditandai dengan adanya gelembung dan lampu menyala. Larutan elektrolit itu sendiri dibagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah. Larutan elektrolit kuat ditandai dengan adanya gelembung dan lampu menyala dengan terang, sedangkan larutan elektrolit lemah ditandai dengan gelembung sedikit dan lampu menyala tetapi redup. Pada video tersebut, diketahui bahwa larutan pertama berupa HCl merupakan elektrolit kuat sedangkan larutan kedua yang berupa CH3COOH merupakan elektrolit lemah. Sementara itu, larutan ketiga yang berisi aquadest merupakan larutan nonelektrolit karena tidak menghantarkan listrik. Hal itu dapat diketahui melalui video, bahwa pada  larutan ketiga tersebut tidak terdapat gelembung dan lampu juga tidak menyala.
            Selanjutnya guru mengajarkan tentang konsep redoks. Redoks merupakan singkatan dari reduksi dan oksidasi. Siswa dilatih untuk menentukan bilangan oksidasi atom unsur dalam suatu senyawa, menentukan oksidator, reduktor, hasil oksidasi dan juga hasil reduksi. Selain itu siswa juga diajarkan cara menentukan penamaan senyawa biner (senyawa ion) yang terbentuk dari tabel kation dan anion serta memberi namanya.
            Materi pembelajaran selanjutnya mengenai senyawa organik dan senyawa makromolekul. Dalam hal ini senyawa organik terdiri atas tiga unsur yaitu karbon, hidrogen dan oksigen. Oleh karena itu, siswa diminta mengidentifikasi unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Selain itu guru menjelaskan beberapa kekhasan atom karbon yakni memiliki elektron valensi atau elektron yang berada di kulit terluar sebanyak empat dan dapat mengikat unsur lain, atau bahkan mengikat unsur karbon itu sendiri. Guru juga mengajarkan cara menentukan atom C primer, sekunder, tertier dan kuarterner.
            Guru menjelaskan tentang senyawa hidrokarbon yaitu senyawa yang terdiri dari hidrogen dan karbon. Hidrokarbon sendiri terbagi menjadi tiga golongan, yaitu alkana yang memiliki atom karbon berikatan tunggal, alkena yang memiliki atom karbon rangkap dua dan alkuna yang memiliki atom karbon rangkap tiga. Siswa diminta untuk menghapalkan deret homolog. Deret homolog ini akan digunakan untuk pemberian nama dari senyawa hidrokarbon tersebut. Guru menjelaskan cara menentukan isomer pada senyawa hidrokarbon. Isomer itu sendiri ada isomer struktur (kerangka, posisi, fungsi) dan juga isomer geometri (cis, trans).
            Untuk materi minyak bumi, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5-6 orang. Siswa ditugaskan untuk membuat makalah berdasarkan sub-materi yang telah dibagi. Kelompok bergilir mempresentasikan makalahnya di depan kelas. Setiap pertemuan, ada 1-2 kelompok yang mempresentasikan makalahnya. Pada presentasi ini terjadi komunikasi antara kelompok satu dengan kelompok lainnya. Guru dalam hal ini bertindak sebagai pengamat dan meluruskan jika terjadi miskonsepsi dari penjelasan kelompok  yang mendapat giliran maju.
            Setelah berakhirnya materi tentang minyak bumi ini, maka berakhir pula pembelajaran kimia di kelas X. Selama dua semester, siswa telah belajar kimia. Tinggal bagaimana hasil ulangan semester mereka nanti yang akan dijadikan acuan untuk mengevaluasi pembelajaran oleh guru tersebut. Tentu saja setiap guru mengharapkan nilai siswa yang diajarkannya mendapat nilai yang baik. Akan tetapi, masih ada saja siswa yang nilai ulangan kimianya bisa dibilang kurang baik atau jauh dari standar nilai yang telah ditetapkan.
            Selanjutnya saya akan kembali menceritakan tentang cara guru mengajar di kelas. Kali ini saya akan mengobservasi siswa di kelas yang sama namun jenjang yang sudah berbeda yaitu di kelas XI IPA 2. Masih sama seperti semester lalu, guru kimia yang mengajar di kelas ini masih team teaching dengan guru yang sama yaitu Ibu Fiat Yustisia dan Ibu Ambar Sari. Padahal ada total sembilan guru kimia yang mengajar di sekolah ini. Tetapi ternyata di kelas XI IPA 2 ini, guru kimia yang mengajar di kelas XI ini masih sama dengan guru kimia yang mengajar di kelas X dulu. Cara mengajarnya pun masih sama dengan cara mengajar pada saat di kelas X dahulu. Guru menyarankan siswa membeli buku yang dijadikan acuan untuk belajar kimia di kelas. Akan tetapi, pada kelas XI ini, guru membuat sebuah modul yang berisi ringkasan materi selama di kelas XI sekaligus juga beberapa lembar kerja dan beberapa lembar untuk praktikum. Modul ini dijual kepada siswa dan semua siswa diminta untuk memiliki modul ini karena harganya yang relatif terjangkau dan juga modul ini lebih mudah dimengerti karena berisi intisari dari setiap materi. Modul ini juga akan digunakan selama dua semester.
            Untuk pertemuan pertama selama di kelas XI ini masih sama seperti saat di kelas X, guru memberikan semacam kontrak tugas dengan siswa. Guru meminta siswa untuk meringkas buku yang telah disarankan sebelumnya. Siswa juga bisa mencari referensi lain melalui buku teks lainnya agar materinya semakin lengkap. Ringkasan tersebut dikumpul per bab. Artinya setiap satu bab habis, maka siswa harus mengumpulkan tugas ringkasan tersebut. Setelah menjelaskan kontrak tugas maka guru mulai mengajar. Guru me-review kembali pelajaran kimia selama di kelas X dengan memberikan beberapa pertanyaan singkat kepada siswa. Karena untuk pertemuan pertama ini materi yang diajarkan nantinya merupakan lanjutan dari pelajaran kelas X yang lebih kompleks yakni mengenai teori atom.
            Guru menanyakan tentang teori atom Bohr dan mekanika kuantum kepada siswa. Setelah itu guru menanyakan perbedaan dari kedua teori tersebut. Kemudian guru meluruskan jawaban sekaligus melengkapi penjelasan dari siswa. Guru menjelaskan teori tentang mekanika kuantum lalu guru menjelaskan bagaimana cara menentukan bilangan kuantum dan bentuk orbital s, p, d, dan f. Guru menjelaskan bahwa ada empat bilangan kuantum, yaitu 1) bilangan kuantum utama (n) yang bisa menentukan jumlah kulit, 2) bilangan kuantum azimut (l) yang bisa dijadikan acuan sebagai sub kulit, 3) bilangan kuantum magnetik (m) yang bisa dijadikan sebagai acuan untuk menentukan posisi orbital, dan 4) bilangan kuantum spin (s) yang bisa dijadikan acuan sebagai arah elektron, jika positif (+) searah jarum jam dan jika negatif (-) berlawanan arah jarum jam. Guru kemudian menjelaskan cara menuliskan konfigurasi elektron berdasarkan sub kulit. Setelah itu guru memberikan sebuah contoh untuk menentukan konfigurasi elektron dan juga menentukan keempat bilangan kuantum dari sebuah unsur. Guru mencontohkan unsur sulfur yang memiliki nomor atom 16 (16S). Guru kemudian menuliskan konfigurasi elektronnya, yaitu 16S = 1s2, 2s2, 2p6, 3s2, 3p4 setelah menentukan konfigurasi elektronnya, guru mulai menjelaskan cara menentukan bilangan kuantum dari 16S. Untuk bilangan kuantum utamanya (n) = 3, bilangan kuantum azimutnya (l) =1, bilangan kuantum magnetiknya (m) = -1
dan bilangan kuantum spinnya bernilai negatif  . Kemudian siswa diberi beberapa soal yang mirip dengan yang sudah dicontohkan. Setelah itu guru menjelaskan bentuk orbital s, bentuk orbital p, dan bentuk orbital d. Tak lupa juga guru menjelaskan tentang prinsip Aufbau, Larangan Pauli dan aturan Hund. Selain menentukan konfigurasi elektron, siswa juga diajarkan bagaimana menentukan diagram orbital serta hubungannya adengan letak unsur dalam tabel periodik dengan menjelaskan di depan kelas menggunakan media papan tulis. Guru memberikan beberapa contoh mengenai materi ini lalu memberikan beberapa soal yang sejenis untuk siswa kerjakan.
            Pada bab ke-2 mengenai bentuk molekul, guru memberikan sebuah tabeel tentang beberapa bentuk molekul yang dicatat  di papan tulis. Tabel tersebut berisi bentuk molekul, rumus bentuk molekul, pasangan elektron, pasangan elektron yang berikatan dan juga pasangan elektron bebas. Lalu guru memberikan contoh senyawa NH3 dan menggambarkan struktur Lewis-nya dari struktur lewis itu siswa bisa menentukan pasangan elektron bebas, pasangan lektron terikat rumus bentuk molekul, dan bentuk molekulnya. Kemudian guru menggambarkan bentuk molekul piramida trigonal dari NH3 di papan tulis. Selanjutnya dengan contoh yang sama yaitu NH3, guru menjelaskan tentang hibridisasi. Hibridisasi bisa ditentukan dengan cara tanpa promosi elektron atau cara promosi elektron. Guru menjelaskan dan menggambarkan orbital hibridisasi yan terbentuk dengan menggunakan spidol berwarna hitam dan merah di papan tulis. Tinta spidol merah akan menunjukkan elektron yang berpindah. Guru juga memberikan contoh dengan menggunakan senyawa lainnya.
            Bab 3 mengenai termokimia, guru memberikan video animasi tentang reaksi eksoterm dan reaksi endoterm. Siswa kemudian diminta menjelaskan kembali video yang telah diperlihatkan sebelumnya. Dari penjelasan tersebut didapatlah perbedaan antara reaksi eksoterm dan reaksi endoterm. Reaksi eksoterm adalah reaksi yang membebaskan energi ke lingkungan sehingga temperatur naik, sedangkan reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap energi dari lingkungan sehingga temperatur reaksinya akan turun. Untuk menentukan perubahan entalpi  reaksi, dapat menggunakan eksperimen sederhana, menggunakan Hukum Hess, dengan entalpi pembentukan standar, atau dengan menggunakan data energi ikatan. Kemudian guru memberikan beberapa contoh aplikasi yang digunakan untuk menghitung perubahan entalpi tersebut. Pada materi ini memang lebih banyak soal hitungan, jadi guru memberikan banyak soal hitungan untuk menghitung perubahan entalpi dengan menggunakan beberapa cara tadi. Metode yang sering salah oleh siswa yaitu dengan menggunakan data energi ikatan. Siswa banyak yang mengalami kesulitan memecah rumus kimia dan menentukan ikatannya. Siswa juga sering terbalik menentukan mana yang menggunakan produk reaktan atau reaktan produk antara metode reaksi pembentukan standar dengan energi ikatan.
            Untuk materi tentang laju reaksi berikutnya, guru hanya menjelaskan sedikit tentang teori. Guru lebih menekankan pada hitungannya. Bagaimana cara menentukan orde reaksi serta menentukan konstanta laju reaksi. Guru mencontohkan satu soal kemudian memberikan beberapa soal latihan kepada siswa. Selanjutnya soal latihan tersebut dibahas bersama-sama di kelas.
            Pada pertemuan berikutnya, guru memberikan 11 soal tentang kesetimbangan kimia. Siswa diminta mengerjakannya di buku latihan masing-masing. Siswa boleh mencari jawaban melalui buku-buku, maupun melalui internet. Siswa bersama guru melakukan kegiatan belajar-mengajar di perpustakaan karena siswa mulai jenuh belajar di kelas selain itu pada saat itu perpustakaan sedang tidak ada pengunjung. Hal itu juga untuk memudahkan siswa mencari banyak sumber referensi untuk menjawab soal tersebut. Setelah mengerjakan soal tersebut, guru mengoreksi jawaban siswa dan memberi nilai. Barulah kemudian guru menjelaskan materi tentang kesetimbangan kimia dan menanyakan kepada siswa tentang materi apa yang belum dimengerti. Lalu guru memberikan pekerjaan rumah untuk siswa mengenai kesetimbangan kimia yang berupa soal hitungan untuk dikumpul dan dibahas pada pertemuan berikutnya.
            Semester 1 di kelas XI sudah usai, memasuki semester 2 dimulai dengan larutan asam-basa. Pada bab ini, dilakukan praktikum mengenai larutan asam basa. Hal ini merupakan praktikum pertama di laboratorium. Sebelumnya guru menjelaskan apa saja kegiatan yang tidak boleh dilakukan di dalam laboratorium, seperti makan, minum dan mengobrol yang tidak penting. Sebelum praktikum, siswa diminta unntuk menjawab soal pra-praktikum yang ada di modul. Soalnya mengenai teori asam-basa menurut para ahli. Pada praktikum kali ini, untuk menentukan larutan asam atau basa digunakan kertas lakmus dan indikator universal. Untuk percobaan pertama menggunakan kertas lakmus merah dan lakmus biru. Pada percobaan ini hanya menentukan asam atau basa saja. Untuk percobaan kedua menggunakan indikator universal. Pada percobaan kedua ini selain untuk menentukan asam-basa juga bisa ditentukan pH-nya juga. Setelah melakukan percobaan, siswa diminta membuat pembahasan dan kesimpulan dari hasil percobaan yang telah dilakukan. Selain melakukan percobaan, guru juga menjelaskan materi di kelas dan memberikan beberapa contoh perhitungan lalu memberikan soal latihan kepada siswa.
            Materi tentang reaksi asam basa juga dilakukan di laboratorium. Siswa melakukan percobaan titrasi asam-basa. Sama halnya dengan praktikum sebelumnya siswa menjawab pertanyaan di modul lalu setelah praktikum juga membuat pembahasan dan kesimpulan dari hasil percobaan. Hal yang masih sulit dilakukan pada saat titrasi oleh siswa yaitu cara menentukan titik akhir titrasi. Kebanyakan siswa telah melewati titik ekivalen. Warna yang terbentuk dari analit sudah melewati titik ekivalen. Seharusnya perubahan warnanya dari bening menjadi warnanya merah muda tapi siswa banyak yang sudah berubah warna menjadi keunguan. Siswa masih banyak yang salah menentukan titik akhir titrasi. Di luar praktikum, pada reaksi asam basa ini, siswa juga sering tertukar untuk menentukan perhitungan dengan menggunakan rumus buffer atau menggunakan hidrolisis.
            Untuk kelarutan dan hasil kali kelarutan, guru hanya sedikit menjelaskan teori tapi lebih banyak memberikan soal hitungan. Sama seperti biasa, guru memberikan satu contoh untuk dibahas bersama kemudian siswa diberi soal latihan untuk dikerjakan sendiri lalu dikoreksi bersama-sama di kelas. Dan untuk materi terakhir di kelas XI ini, tentang sistem dan sifat koloid ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk membuat makalah berdasarkan sub-materi masing-masing dan mempresentasikannya di depan kelas. Setelah materi sudah habis, guru memberikan semacam TTS kimia tentang sistem dan sifat koloid. Siswa membuat dan mengisi TTS tersebut di buku latihan.
            Dua semester di kelas XI sudah berakhir, saatnya menceritakan tentang pelajaran kimia di kelas XII IPA 2. Kelas yang saya observasi siswanya masih sama dengan siswa kelas X dan XI sebelumnya. Akan tetapi untuk kelas XII ini, gurunya berbeda. Tidak menggunakan team teaching lagi. Gurunya pun juga sudah berganti, yaitu Ibu Haziroh.
Gaya mengajar Ibu Haziroh masih sama dengan ibu Fiat yakni dengan CBSA bukan Cara Belajar Siswa Aktif melainkan Catat Buku Sampai hAbis. Di awal pertemuan siswa melakukan kontrak belajar yaitu setiap bab harus diringkas. Guru hanya menjelaskan intisarinya saja. Guru juga terpaku pada buku teks yang dimilikinya. Pada saat di kelas siswa banyak diberikan soal-soal latihan yang dikerjakan secara individual. Soal-soal latihan ini kebanyakan diambil dari soal ujian nasional tahun-tahun sebelumnya. Mengingat bahwa kelas XII akan menghadapi ujian nasional. Materi yang dirasa sulit pada semester 1 di kelas XII ini adalah penyetaraan reaksi redoks. Dari metode penyetaraan reaksi redoks yaitu metode biloks (bilangan oksidasi) maupun metode setengah reaksi keduanya memang dirasa susah oleh siswa.
            Pada sub materi sel volta, untuk mempermudah mengingat deret volta maka guru memberikan singkatan untuk mempermudah menghapal deret volta:
 
 Gambar 2. Deret Volta

Dari deret volta itu guru mempermudahnya menjadi sebuah kalimat, Kalau Baginda Caesar Nanti Meninggal, Alam Mana Zaman Feodalisme Nippon Senang Pembagian Harta, Crupuk Hangus Agak Pahit Auw. Untuk materi kimia unsur, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk membahas membuat makalah dari sub materinya dan dipresentasikan di depan kelas.
Semester 1 di kelas XII sudah berakhir, guru kimia di kelas XII IPA 2 juga digantikan oleh Ibu Erna Susrini. Gaya mengajarnya agak berbeda dengan guru kimia sebelumnya. Karena di semester 2 ini lebih menekankan kepada persiapan ujian nasional jadi kebanyakan di semester 2 ini dilakukan pembahasan soal-soal ujian nasional tahun-tahun sebelumnya. Banyak materi di semester 2 kelas XII terlewatkan seperti senyawa makromolekul. Akan tetapi guru memberikan hardcopy berupa ringkasan materi yang bisa dipelajari sendiri oleh siswa di rumah. Ibu Erna banyak memberikan tips dan trik mudah menjawab soal ujian nasional kimia. Sekalipun soal itu sebelumya dianggap sulit seperti penyetaraan reaksi redoks.
Siswa selalu diminta memfotokopi soal ujian nasional tahun-tahun sebelumnya. Setiap minggu, siswa menjawab soal ujian nasional kimia dari tahun 2008. Siswa dan guru membandingkan tipe soal yang satu dengan tipe soal yang lainnya dengan kode soal yang berbeda. Pada dasarnya semua soal hampir mirip dan tingkat kesulitannya juga hampir sama. Soal ujian nasional kimia ini dikerjakan bersama-sama. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju ke depan menuliskan jawaban dan penyelesaian sari soal tersebut ke papan tulis lalu menjelaskan kepada teman-temannya. Bagi yang maju akan mendapat nilai dan juga terkadang guru memberikan sebuah hadiah kepada siswa. Itulah yang membuat siswa makin bersemangat mengerjakan soal. Jika ada soal yang tidak bisa dipecahkan oleh siswa, maka guru membahas bersama siswa penyelesaian dari soal tersebut.
Pembelajaran kimia di semester ini berlangsung santai dan terasa menyenangkan meskipun tidak dipungkiri bayang-bayang ujian nasional begitu menyeramkan. Tuntutan standar nilai ujian nasional yang makin tahun makin tinggi membuat siswa merasa was-was menghadapi ujian nasional. Oleh karena itu, persiapan untuk ujian nasional pun haruslah matang. Dengan terus-menerus mengerjakan soal ujian nasional yang sudah ada maka siswa akan hapal tipe soal yang akan dikeluarkan saat ujian nasional nantinya. Apalagi mata pelajaran kimia, dari tahun ke tahun materi yang diujikan dalam ujian nasional hampir mirip hanya sedikit perubahannya. Dengan memahami tipe soal tersebut, siswa akan lebih mudah menjawab soal apalagi jika telah dilakukan latihan terus-menerus. Alhasil, daripada mata pelajaran lain, rata-rata nilai ujian tertinggi di kelas XII IPA 2 ini adalah mata pelajaran kimia.