Saya adalah seorang
mahasiswa Pendidikan Kimia Angkatan 2012 Universitas Sriwijaya. Menurut
pemikiran orang awam, kimia itu pelajaran yang sulit dipahami. Awalnya mereka
sering bertanya yang seolah memojokkan saya karena lebih memilih kimia daripada
yang lain. Saya memilih kimia apalagi program studi pendidikan kimia, tidak
lain tujuannya untuk menjadi guru kimia yang berkualitas nantinya. Saya
mengharapkan paradigma buruk siswa tentang kimia bisa berubah setelah saya
mengajar.
Bisa masuk di Perguruan
Tinggi Negeri merupakan prestasi yang luar biasa sepanjang hidup saya. Tanpa
berpikir panjang saya memilih Pendidikan Kimia sebagai pilihan pertama dan
kedua pada saat mengikuti tes SNMPTN 2012 (Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri). Beberapa alasan saya memilih pendidikan kimia adalah pertama
karena nilai ujian kimia saya paling besar di antara nilai ujian mata pelajaran
lain. Kedua, pendidikan kimia Sumatera Selatan hanya ada satu-satunya di
Universitas Sriwijaya. Karena saya berdomisili di Sumatera Selatan, Universitas
Sriwijaya adalah satu-satunya universitas negeri di Sumatera Selatan yang saya
incar. Ketiga, saya melihat peluang yang besar untuk menjadi guru kimia karena
di daerah asal saya, guru kimia masih sedikit dibandingkan guru mata pelajaran
lainnya. Selain itu, pengaruh untuk memilih pendidikan kimia juga sedikit
banyaknya saya terima dari guru kimia saya semasa duduk di bangku SMA dulu.
Beliau hanya satu semester mengajar di kelas saya tetapi bisa berkesan dan
menimbulkan sugesti positif dalam diri saya untuk menjadi seorang guru kimia
seperti beliau. Meskipun sejujurnya saya lebih menyukai matematika ketimbang
kimia, tapi karena beliau dan beberapa pertimbangan di atas maka saya
memutuskan untuk memilih pendidikan kimia. Tidak berharap banyak awalnya karena
saya mengikuti tes tanpa ada persiapan khusus, terkesan buru-buru dan tidak
direncanakan. Akhirnya saya lulus di Program Studi Pendidikan Kimia dan sampai
sekarang saya masih berkesempatan menjadi mahasiswa pendidikan kimia semester
4.
Sebagai
mahasiswa semester 4, kami ditawarkan mata kuliah Strategi Belajar Mengajar
Kimia. Pada mata kuliah ini, kami diberi tugas untuk mengobservasi cara guru
kimia mengajar di kelas. Sebagai calon guru, tentu saja ini merupakan hal
penting yang dilakukan untuk memahami bagaimana cara menjadi guru yang disukai
siswa dan tentunya bisa memberikan pelajaran secara efektif dan efisien kepada
siswa. Untuk mengobservasi guru saat mengajar, saya tidak perlu pergi ke
sekolah dan melihat setiap kegiatan guru saat di dalam kelas ketika sedang
mengajar. Akan tetapi, saya hanya perlu membangun kembali bayangan-bayang
semasa SMA ketika saya masih menjadi siswa yang sedang belajar kimia di kelas.
Bedanya sekarang adalah saya bukanlah sebagai seorang siswa yang sedang
memperhatikan pelajaran yang diberikan guru melainkan seolah menjadi seorang
mahasiswa yang sedang mengamati cara guru tersebut mengajar. Memperhatikan
metode dan pendekatan yang digunakan guru tersebut untuk mengajarkan kimia
kepada siswa.
Tentu saja, setiap guru
memiliki caranya masing-masing ketika mengajar di kelas supaya siswa tertarik
untuk belajar. Ada guru yang terlampau tegas kepada siswanya atau sering
disebut sebagai guru killer sehingga guru
tersebut kurang disukai siswa. Akibatnya pelajaran apapun yang diberikan oleh
guru tersebut akan susah diterima siswa karena ada ketakutan dalam diri siswa
terhadap guru yang bersangkutan.
Ada juga guru yang mengasyikkan
ketika mengajar. Beliau mengajak siswa sesekali belajar sambil bermain atau
menerapkan suasana baru setiap pertemuannya. Walaupun demikian, tujuan
pembelajaran yang sesungguhnya harus tercapai dan dengan tidak mengurangi
komposisi materi belajar yang semestinya harus diajarkan kepada siswa. Metode
yang ini biasanya disukai siswa-siswa di banyak sekolah sehingga tidak sedikit
guru yang menggunakan metode ini untuk mengajarkan pelajaran kepada siswanya.
Untuk mengawali cerita
tentang bagaimana cara guru mengajar kimia, saya akan memulainya berurutan dari
kelas X, XI, hingga XII. Sekolah yang saya amati ini kebetulan menerapkan team teaching pada beberapa mata
pelajaran di kelas. Seperti yang saya amati pada saat kelas X.B ini, pada mata
pelajaran kimia ada dua orang guru yang berada di depan kelas saat itu. Guru
pertama merupakan guru senior yang sudah puluhan tahun mengajar. Sementara yang
satunya lagi merupakan guru kimia yang masih muda. Terkadang kedua guru
tersebut masuk bersamaan seperti yang saya amati saat ini, kadang juga hanya satu diantaranya yang
datang. Saat kedua guru tersebut mengajar bersamaan, guru yang satu menerangkan
pelajaran sementara yang satunya lagi mengamati siswa sembari menambahkan penjelasan yang mungkin
terlewatkan oleh penjelasan guru yang pertama. Pada pembelajaran kimia di kelas
X.B ini, guru menyarankan buku teks yang sama dengan yang dipakai guru
tersebut. Hal ini untuk memudahkan guru jika ingin memberi tugas melalui buku
teks yang sama. Akan tetapi, guru tersebut juga menyarankan untuk memakai buku
teks yang lain agar referensi yang dimiliki siswa lebih banyak. Siswa bisa
meminjam buku teks kimia selain buku teks yang disarankan guru di perpustakaan
sekolah.
Pada dasarnya, sekolah
yang saya amati ini berada di daerah yang pelajaran kimianya baru diajarkan
pada saat di bangku SMA. Untuk jenjang kelas X ini, pembelajaran kimia disini
masih merupakan tahap pengenalan kepada siswa. Menekankan kembali bahwa segala
yang ada di sekitar kita itu adalah kimia. Reaksi yang terjadi di dalam tubuh
manusia, segala yang dimakan, baju yang dipakai, air yang kita minum adalah
kimia.
Pada awal pertemuan,
guru menjelaskan sedikit atau garis-garis besarnya saja mengenai struktur atom.
Kemudian, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri atas 2-3
orang. Dalam kelompok kecil tersebut, guru meminta siswa untuk mencari
informasi mengenai perkembangan teori atom menurut para ahli melalui buku teks
yang kemudian didiskusikan dalam kelompok. Guru meminta hasil dari diskusi itu
dalam bentuk ringkasan tentang perkembangan teori atom menurut para ahli yang
sudah dicari dan sudah didiskusikan sebelumnya. Kemudian hasil diskusi tersebut
dikumpulkan dan dibahas secara bersama-sama di kelas. Guru meminta salah satu
perwakilan kelompok untuk menjelaskan ke depan kelas tanpa menggunakan buku
teks. Artinya siswa disuruh menjelaskan kembali perkembangan teori atom yang
sudah mereka cari dan diskusikan sebelumnya di dalam kelompoknya masing-masing.
Setelah semua perwakilan kelompok menjelaskan kembali ke depan kelas, guru menerapkan konsep kepada siswa karena semua
penjelasan siswa tersebut sudah benar. Akan tetapi agar tidak terjadi
miskonsepsi dan pelajaran yang didapat hari ini tidak hilang begitu saja, maka
guru tersebut menjelaskan lagi dengan menekankan konsep bukan menghapal buku.
Pada pertemuan kedua,
sebelumnya siswa disuruh meringkas buku teks mengenai pelajaran yang akan
dibahas di kelas. Pertemuan kedua ini membahas tentang ikatan kimia. Siswa
diminta untuk mengumpulkan buku catatan kimia di meja guru. Sementara itu siswa
diminta untuk mengerjakan latihan soal pilihan ganda yang ada pada buku teks.
Sembari siswa mengerjakan soal yang ada di buku teks, guru memeriksa dan
memberi nilai dari tugas meringkas buku yang diberikan kepada siswa sebelumnya.
Setelah guru memeriksa dan memberi nilai pada buku catatan siswa, guru tersebut
berkeliling menuju tempat duduk siswa untuk mengamati kesulitan yang dialami
siswa dalam menjawab soal yang diberikan. Sesekali guru meluruskan jawaban dari
siswa sembari menjelaskan sedikit di tempat duduk siswa tersebut. Setelah itu
guru memberikan waktu 5 menit lagi kepada siswa untuk mengerjakan soal
tersebut. Lima menit kemudian, jawaban siswa dikumpul lalu di tukar dengan
teman satu barisannya. Guru meminta siswa secara bergantian untuk membacakan soal
sekaligus jawabannya. Guru mengoreksi jawaban siswa dan memberikan sedikit
penjelasan di setiap jawaban dari pertanyaan tersebut. Hasil dari latihan soal
ini dikumpulkan di meja guru untuk dimasukkan ke dalam penilaian sekaligus
untuk evaluasi pembelajaran pada mata pelajaran guru tersebut.
Pertemuan selanjutnya
adalah hukum dasar kimia. Seperti biasa, siswa diminta untuk meringkas buku
tentang materi ini sebelumnya dan dinilai oleh guru. Pada pembahasan ini, guru
menggunakan metode ceramah. Guru menjelaskan tentang berbagai hukum dasar kimia
yaitu Hukum Lavoisier, Hukum Proust, Hukum Dalton, Hukum Gay-Lussac dan Hukum
Avogadro dengan menggunakan media papan tulis untuk menuliskan ringkasan atau
intisari dari hukum-hukum tersebut. Sebelum menjelaskan tentang hukum-hukum
dasar kimia di atas, guru mengajarkan tentang tatanama senyawa yang sangat
penting dalam kimia karena akan mengalami kesusahan belajar kimia nantinya jika
siswa tidak bisa memberi nama pada suatu senyawa.
Berkaitan dengan
penamaan senyawa tadi, selanjutnya guru memberikan persamaan reaksi sederhana
dengan menggunakan nama senyawa-senyawa yang sederhana seperti asam klorida
dengan natrium hidroksida. Guru menujuk salah seorang siswa untuk diminta menuliskan
reaksinya di depan kelas. Guru bisa menunjuk siswa yang dirasa masih belum
mengerti dalam peenulisan reaksi. Jika siswa pertama belum bisa menuliskan
reaksi dengan benar, guru menunjuk siswa lagi yang bisa membenarkan reaksi
tersebut sehingga didapatlah reaksi yang benar seperti ini: HCl(aq)
+ NaOH(aq) à NaCl(aq) + H2O(l).
Setelah diamati jika siswa sudah mengerti dengan persamaan sederhana ini, guru
memberikan reaksi dengan menggunakan
koefisien yang berbeda. Masih sama dengan sebelumnya, guru menyebutkan nama
senyawa dan meminta siswa untuk menuliskan persamaan reaksinya di depan kelas. Guru
menyebutkan senyawa yang direaksikan adalah larutan asam sulfat dengan kalium
hidroksida. Untuk persamaan reaksi ini, banyak siswa yang mengalami kesulitan
dalam menentukan senyawa hasil reaksi. Seharusnya siswa menuliskan H2SO4(aq)
+ 2KOH(aq) à K2SO4 (aq) + 2H2O(l).
Kemudian guru mengajarkan cara menentukan hasil reaksi dan juga cara
menyetarakan reaksi sesuai dengan koefisiennya.
Setelah siswa paham
bagaimana cara menuliskan persamaan reaksi kimia dan menyetarakan persamaan
reaksi tersebut, guru kemudian menjelaskan hukum-hukum dasar kimia seperti Hukum
Lavoisier, Hukum Proust, Hukum Dalton, Hukum Gay-Lussac dan Hukum Avogadro. Guru
menjelaskan satu per satu hukum dasar kimia tersebut seraya memberikan beberapa
contoh sederhana aplikasi dari hukum-hukum dasar kimia tersebut. Setelah itu,
guru memberikan soal yang berhubungan dengan hukum dasar kimia melalui buku
teks. Siswa disuruh mengerjakan soal tersebut di buku latihan. Guru membantu
siswa yang mengalami kesulitan saat mengerjakan soal tersebut. Setelah soal
selesai dikerjakan, maka jawaban dari soal tersebut dibahas bersama di dalam
kelas.
Selanjutnya materi yang
akan disampaikan adalah mengenai stoikiometri atau perhitungan kimia.
Perhitungan kimia yang paling mendasar yaitu mengenai konsep mol yang sama
pentingnya dengan penyetaraan reaksi karena kimia sangat berhubungan dekat
dengan mol. Jumlah mol bisa dikonversikan ke dalam jumlah partikel, massa
maupun volume zat. Untuk memudahkan mengkonversi jumlah mol dengan jumlah
partikel, massa maupun volume zat, maka guru membuat sebuah skema atau diagram
konsep mol seperti ditunjukkan dalam skema di bawah ini:
Dari
skema di atas, siswa dapat mengingat dengan mudah cara mengkonversikan jumlah
mol ke dalam jumlah partikel, massa ataupun volume zat. Siswa tidak perlu
menghapal rumus yang banyak, cukup dengan mengingat dan memahami skema tersebut
maka dengan mudah siswa bisa mengkonversikan mol ke beberapa bentuk lainnya.
Sebelumnya guru menjelaskan cara memahami skema di atas. Jika massa dan Ar/Mr
yang diketahui, maka untuk mencari mol siswa bisa membagi massa dengan Ar/Mr
yang diketahui sebelumnya, dan begitu sebaliknya. Selanjutnya jika diketehui
mol dan ingin dikonversikan menjadi jumlah partikel, maka siswa bisa mengalikan
mol dengan bilangan Avogadro yang bernilai 6,022 x 1023 mol-1 dan
begitu sebaliknya. Kemudian untuk mengkonversikan mol ke bentuk volume zat, siswa
dapat mengalikan mol dengan 22,4 L atau membagi volume dengan 22,4 L jika ingin
mencari mol.
Selanjutnya
untuk menentukan rumus empiris dan rumus molekul, menentukan rumus air kristal,
menentukan kadar zat dalam suatu senyawa, menentukan pereaksi pembatas dalam
suatu reaksi, serta menentukan banyak zat pereaksi atau hasil reaksi, guru
masih menggunakan metode sama seperti pertemuan sebelumnya yaitu dengan
menjelaskan di papan tulis kemudian memberikan latihan-latihan soal kepada
siswa untuk dibahas bersama-sama di dalam kelas.
Materi
berikutnya mengenai larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit. Dalam
pembelajaran kali ini, guru masih menggunakan metode ceramah. Selain itu, guru
juga menayangkan video tentang yang menampilkan perbedaan larutan elektrolit
dan nonelektrolit. Dalam video tersebut ada tiga buah gelas kimia yang berisi
larutan. Gelas kimia pertama berisi larutan asam klorida (HCl), gelas kimia
kedua berisi larutan asam asetat (CH3COOH), dan gelas kimia ketiga
berisi aquadest. Setelah itu, larutan tersebut dihubungkan dengan alat penguji
elektrolit. Ketika elektroda dicelupkan ke dalam larutan maka gelas kimia
pertama menghasilkan gelembung dan lampu menyala dengan terang. Gelas kimia
kedua menghasilkan sedikit gelembung dan lampu menyala dengan redup. Sedangkan
gelas kimia ketiga tidak menghasilkan gelembung dan lampu tidak menyala. Dari
video tersebut siswa diminta untuk menyimpulkan apa yang mereka lihat dengan
materi pelajaran hari itu.
Kemudian guru menjelaskan bahwa
larutan elektrolit itu merupakan larutan yang dapat menghantarkan arus listrik
jika dalam percobaan larutan elektrolit ditandai dengan adanya gelembung dan
lampu menyala. Larutan elektrolit itu sendiri dibagi menjadi dua yaitu larutan
elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah. Larutan elektrolit kuat ditandai
dengan adanya gelembung dan lampu menyala dengan terang, sedangkan larutan
elektrolit lemah ditandai dengan gelembung sedikit dan lampu menyala tetapi
redup. Pada video tersebut, diketahui bahwa larutan pertama berupa HCl
merupakan elektrolit kuat sedangkan larutan kedua yang berupa CH3COOH
merupakan elektrolit lemah. Sementara itu, larutan ketiga yang berisi aquadest
merupakan larutan nonelektrolit karena tidak menghantarkan listrik. Hal itu
dapat diketahui melalui video, bahwa pada
larutan ketiga tersebut tidak terdapat gelembung dan lampu juga tidak
menyala.
Selanjutnya
guru mengajarkan tentang konsep redoks. Redoks merupakan singkatan dari reduksi
dan oksidasi. Siswa dilatih untuk menentukan bilangan oksidasi atom unsur dalam
suatu senyawa, menentukan oksidator, reduktor, hasil oksidasi dan juga hasil
reduksi. Selain itu siswa juga diajarkan cara menentukan penamaan senyawa biner
(senyawa ion) yang terbentuk dari tabel kation dan anion serta memberi namanya.
Materi
pembelajaran selanjutnya mengenai senyawa organik dan senyawa makromolekul. Dalam
hal ini senyawa organik terdiri atas tiga unsur yaitu karbon, hidrogen dan
oksigen. Oleh karena itu, siswa diminta mengidentifikasi unsur karbon, hidrogen
dan oksigen. Selain itu guru menjelaskan beberapa kekhasan atom karbon yakni
memiliki elektron valensi atau elektron yang berada di kulit terluar sebanyak
empat dan dapat mengikat unsur lain, atau bahkan mengikat unsur karbon itu
sendiri. Guru juga mengajarkan cara menentukan atom C primer, sekunder, tertier
dan kuarterner.
Guru
menjelaskan tentang senyawa hidrokarbon yaitu senyawa yang terdiri dari
hidrogen dan karbon. Hidrokarbon sendiri terbagi menjadi tiga golongan, yaitu
alkana yang memiliki atom karbon berikatan tunggal, alkena yang memiliki atom
karbon rangkap dua dan alkuna yang memiliki atom karbon rangkap tiga. Siswa
diminta untuk menghapalkan deret homolog. Deret homolog ini akan digunakan
untuk pemberian nama dari senyawa hidrokarbon tersebut. Guru menjelaskan cara
menentukan isomer pada senyawa hidrokarbon. Isomer itu sendiri ada isomer
struktur (kerangka, posisi, fungsi) dan juga isomer geometri (cis, trans).
Untuk
materi minyak bumi, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 5-6 orang. Siswa ditugaskan untuk membuat makalah berdasarkan
sub-materi yang telah dibagi. Kelompok bergilir mempresentasikan makalahnya di
depan kelas. Setiap pertemuan, ada 1-2 kelompok yang mempresentasikan makalahnya.
Pada presentasi ini terjadi komunikasi antara kelompok satu dengan kelompok
lainnya. Guru dalam hal ini bertindak sebagai pengamat dan meluruskan jika
terjadi miskonsepsi dari penjelasan kelompok
yang mendapat giliran maju.
Setelah
berakhirnya materi tentang minyak bumi ini, maka berakhir pula pembelajaran
kimia di kelas X. Selama dua semester, siswa telah belajar kimia. Tinggal
bagaimana hasil ulangan semester mereka nanti yang akan dijadikan acuan untuk
mengevaluasi pembelajaran oleh guru tersebut. Tentu saja setiap guru
mengharapkan nilai siswa yang diajarkannya mendapat nilai yang baik. Akan
tetapi, masih ada saja siswa yang nilai ulangan kimianya bisa dibilang kurang
baik atau jauh dari standar nilai yang telah ditetapkan.
Selanjutnya
saya akan kembali menceritakan tentang cara guru mengajar di kelas. Kali ini
saya akan mengobservasi siswa di kelas yang sama namun jenjang yang sudah
berbeda yaitu di kelas XI IPA 2. Masih sama seperti semester lalu, guru kimia
yang mengajar di kelas ini masih team
teaching dengan guru yang sama yaitu Ibu Fiat Yustisia dan Ibu Ambar Sari.
Padahal ada total sembilan guru kimia yang mengajar di sekolah ini. Tetapi
ternyata di kelas XI IPA 2 ini, guru kimia yang mengajar di kelas XI ini masih sama
dengan guru kimia yang mengajar di kelas X dulu. Cara mengajarnya pun masih
sama dengan cara mengajar pada saat di kelas X dahulu. Guru menyarankan siswa
membeli buku yang dijadikan acuan untuk belajar kimia di kelas. Akan tetapi,
pada kelas XI ini, guru membuat sebuah modul yang berisi ringkasan materi
selama di kelas XI sekaligus juga beberapa lembar kerja dan beberapa lembar
untuk praktikum. Modul ini dijual kepada siswa dan semua siswa diminta untuk
memiliki modul ini karena harganya yang relatif terjangkau dan juga modul ini
lebih mudah dimengerti karena berisi intisari dari setiap materi. Modul ini
juga akan digunakan selama dua semester.
Untuk
pertemuan pertama selama di kelas XI ini masih sama seperti saat di kelas X,
guru memberikan semacam kontrak tugas dengan siswa. Guru meminta siswa untuk
meringkas buku yang telah disarankan sebelumnya. Siswa juga bisa mencari
referensi lain melalui buku teks lainnya agar materinya semakin lengkap.
Ringkasan tersebut dikumpul per bab. Artinya setiap satu bab habis, maka siswa
harus mengumpulkan tugas ringkasan tersebut. Setelah menjelaskan kontrak tugas
maka guru mulai mengajar. Guru me-review
kembali pelajaran kimia selama di kelas X dengan memberikan beberapa pertanyaan
singkat kepada siswa. Karena untuk pertemuan pertama ini materi yang diajarkan
nantinya merupakan lanjutan dari pelajaran kelas X yang lebih kompleks yakni
mengenai teori atom.
Guru
menanyakan tentang teori atom Bohr dan mekanika kuantum kepada siswa. Setelah
itu guru menanyakan perbedaan dari kedua teori tersebut. Kemudian guru
meluruskan jawaban sekaligus melengkapi penjelasan dari siswa. Guru menjelaskan
teori tentang mekanika kuantum lalu guru menjelaskan bagaimana cara menentukan
bilangan kuantum dan bentuk orbital s, p, d, dan f. Guru menjelaskan bahwa ada
empat bilangan kuantum, yaitu 1) bilangan kuantum utama (n) yang bisa
menentukan jumlah kulit, 2) bilangan kuantum azimut (l) yang bisa dijadikan acuan sebagai sub kulit, 3) bilangan kuantum
magnetik (m) yang bisa dijadikan sebagai acuan untuk menentukan posisi orbital,
dan 4) bilangan kuantum spin (s) yang bisa dijadikan acuan sebagai arah
elektron, jika positif (+) searah jarum jam dan jika negatif (-) berlawanan
arah jarum jam. Guru kemudian menjelaskan cara menuliskan konfigurasi elektron
berdasarkan sub kulit. Setelah itu guru memberikan sebuah contoh untuk
menentukan konfigurasi elektron dan juga menentukan keempat bilangan kuantum
dari sebuah unsur. Guru mencontohkan unsur sulfur yang memiliki nomor atom 16 (16S).
Guru kemudian menuliskan konfigurasi elektronnya, yaitu 16S = 1s2,
2s2, 2p6, 3s2, 3p4 setelah
menentukan konfigurasi elektronnya, guru mulai menjelaskan cara menentukan
bilangan kuantum dari 16S. Untuk bilangan kuantum utamanya (n) = 3,
bilangan kuantum azimutnya (l) =1,
bilangan kuantum magnetiknya (m) = -1
Pada
bab ke-2 mengenai bentuk molekul, guru memberikan sebuah tabeel tentang
beberapa bentuk molekul yang dicatat di
papan tulis. Tabel tersebut berisi bentuk molekul, rumus bentuk molekul,
pasangan elektron, pasangan elektron yang berikatan dan juga pasangan elektron
bebas. Lalu guru memberikan contoh senyawa NH3 dan menggambarkan
struktur Lewis-nya dari struktur lewis itu siswa bisa menentukan pasangan
elektron bebas, pasangan lektron terikat rumus bentuk molekul, dan bentuk
molekulnya. Kemudian guru menggambarkan bentuk molekul piramida trigonal dari
NH3 di papan tulis. Selanjutnya dengan contoh yang sama yaitu NH3,
guru menjelaskan tentang hibridisasi. Hibridisasi bisa ditentukan dengan
cara tanpa promosi elektron atau cara promosi elektron. Guru menjelaskan dan
menggambarkan orbital hibridisasi yan terbentuk dengan menggunakan spidol
berwarna hitam dan merah di papan tulis. Tinta spidol merah akan menunjukkan
elektron yang berpindah. Guru juga memberikan contoh dengan menggunakan senyawa
lainnya.
Bab
3 mengenai termokimia, guru memberikan video animasi tentang reaksi eksoterm
dan reaksi endoterm. Siswa kemudian diminta menjelaskan kembali video yang
telah diperlihatkan sebelumnya. Dari penjelasan tersebut didapatlah perbedaan
antara reaksi eksoterm dan reaksi endoterm. Reaksi eksoterm adalah reaksi yang
membebaskan energi ke lingkungan sehingga temperatur naik, sedangkan reaksi
endoterm adalah reaksi yang menyerap energi dari lingkungan sehingga temperatur
reaksinya akan turun. Untuk menentukan perubahan entalpi
reaksi, dapat menggunakan eksperimen
sederhana, menggunakan Hukum Hess, dengan entalpi pembentukan standar, atau
dengan menggunakan data energi ikatan. Kemudian guru memberikan beberapa contoh
aplikasi yang digunakan untuk menghitung perubahan entalpi tersebut. Pada
materi ini memang lebih banyak soal hitungan, jadi guru memberikan banyak soal
hitungan untuk menghitung perubahan entalpi dengan menggunakan beberapa cara
tadi. Metode yang sering salah oleh siswa yaitu dengan menggunakan data energi
ikatan. Siswa banyak yang mengalami kesulitan memecah rumus kimia dan
menentukan ikatannya. Siswa juga sering terbalik menentukan mana yang
menggunakan produk
reaktan
atau reaktan
produk
antara metode reaksi pembentukan standar dengan energi ikatan.
Untuk
materi tentang laju reaksi berikutnya, guru hanya menjelaskan sedikit tentang
teori. Guru lebih menekankan pada hitungannya. Bagaimana cara menentukan orde
reaksi serta menentukan konstanta laju reaksi. Guru mencontohkan satu soal
kemudian memberikan beberapa soal latihan kepada siswa. Selanjutnya soal
latihan tersebut dibahas bersama-sama di kelas.
Pada
pertemuan berikutnya, guru memberikan 11 soal tentang kesetimbangan kimia.
Siswa diminta mengerjakannya di buku latihan masing-masing. Siswa boleh mencari
jawaban melalui buku-buku, maupun melalui internet. Siswa bersama guru
melakukan kegiatan belajar-mengajar di perpustakaan karena siswa mulai jenuh
belajar di kelas selain itu pada saat itu perpustakaan sedang tidak ada
pengunjung. Hal itu juga untuk memudahkan siswa mencari banyak sumber referensi
untuk menjawab soal tersebut. Setelah mengerjakan soal tersebut, guru
mengoreksi jawaban siswa dan memberi nilai. Barulah kemudian guru menjelaskan
materi tentang kesetimbangan kimia dan menanyakan kepada siswa tentang materi
apa yang belum dimengerti. Lalu guru memberikan pekerjaan rumah untuk siswa
mengenai kesetimbangan kimia yang berupa soal hitungan untuk dikumpul dan dibahas
pada pertemuan berikutnya.
Semester
1 di kelas XI sudah usai, memasuki semester 2 dimulai dengan larutan asam-basa.
Pada bab ini, dilakukan praktikum mengenai larutan asam basa. Hal ini merupakan
praktikum pertama di laboratorium. Sebelumnya guru menjelaskan apa saja
kegiatan yang tidak boleh dilakukan di dalam laboratorium, seperti makan, minum
dan mengobrol yang tidak penting. Sebelum praktikum, siswa diminta unntuk
menjawab soal pra-praktikum yang ada di modul. Soalnya mengenai teori asam-basa
menurut para ahli. Pada praktikum kali ini, untuk menentukan larutan asam atau
basa digunakan kertas lakmus dan indikator universal. Untuk percobaan pertama
menggunakan kertas lakmus merah dan lakmus biru. Pada percobaan ini hanya
menentukan asam atau basa saja. Untuk percobaan kedua menggunakan indikator
universal. Pada percobaan kedua ini selain untuk menentukan asam-basa juga bisa
ditentukan pH-nya juga. Setelah melakukan percobaan, siswa diminta membuat
pembahasan dan kesimpulan dari hasil percobaan yang telah dilakukan. Selain
melakukan percobaan, guru juga menjelaskan materi di kelas dan memberikan
beberapa contoh perhitungan lalu memberikan soal latihan kepada siswa.
Materi
tentang reaksi asam basa juga dilakukan di laboratorium. Siswa melakukan
percobaan titrasi asam-basa. Sama halnya dengan praktikum sebelumnya siswa
menjawab pertanyaan di modul lalu setelah praktikum juga membuat pembahasan dan
kesimpulan dari hasil percobaan. Hal yang masih sulit dilakukan pada saat
titrasi oleh siswa yaitu cara menentukan titik akhir titrasi. Kebanyakan siswa
telah melewati titik ekivalen. Warna yang terbentuk dari analit sudah melewati
titik ekivalen. Seharusnya perubahan warnanya dari bening menjadi warnanya
merah muda tapi siswa banyak yang sudah berubah warna menjadi keunguan. Siswa
masih banyak yang salah menentukan titik akhir titrasi. Di luar praktikum, pada
reaksi asam basa ini, siswa juga sering tertukar untuk menentukan perhitungan
dengan menggunakan rumus buffer atau menggunakan hidrolisis.
Untuk
kelarutan dan hasil kali kelarutan, guru hanya sedikit menjelaskan teori tapi
lebih banyak memberikan soal hitungan. Sama seperti biasa, guru memberikan satu
contoh untuk dibahas bersama kemudian siswa diberi soal latihan untuk
dikerjakan sendiri lalu dikoreksi bersama-sama di kelas. Dan untuk materi
terakhir di kelas XI ini, tentang sistem dan sifat koloid ini guru membagi
siswa menjadi beberapa kelompok untuk membuat makalah berdasarkan sub-materi
masing-masing dan mempresentasikannya di depan kelas. Setelah materi sudah
habis, guru memberikan semacam TTS kimia tentang sistem dan sifat koloid. Siswa
membuat dan mengisi TTS tersebut di buku latihan.
Dua
semester di kelas XI sudah berakhir, saatnya menceritakan tentang pelajaran
kimia di kelas XII IPA 2. Kelas yang saya observasi siswanya masih sama dengan
siswa kelas X dan XI sebelumnya. Akan tetapi untuk kelas XII ini, gurunya
berbeda. Tidak menggunakan team teaching lagi.
Gurunya pun juga sudah berganti, yaitu Ibu Haziroh.
Gaya mengajar Ibu Haziroh masih sama
dengan ibu Fiat yakni dengan CBSA bukan Cara Belajar Siswa Aktif melainkan
Catat Buku Sampai hAbis. Di awal pertemuan siswa melakukan kontrak belajar
yaitu setiap bab harus diringkas. Guru hanya menjelaskan intisarinya saja. Guru
juga terpaku pada buku teks yang dimilikinya. Pada saat di kelas siswa banyak
diberikan soal-soal latihan yang dikerjakan secara individual. Soal-soal
latihan ini kebanyakan diambil dari soal ujian nasional tahun-tahun sebelumnya.
Mengingat bahwa kelas XII akan menghadapi ujian nasional. Materi yang dirasa
sulit pada semester 1 di kelas XII ini adalah penyetaraan reaksi redoks. Dari
metode penyetaraan reaksi redoks yaitu metode biloks (bilangan oksidasi) maupun
metode setengah reaksi keduanya memang dirasa susah oleh siswa.
Pada
sub materi sel volta, untuk mempermudah mengingat deret volta maka guru
memberikan singkatan untuk mempermudah menghapal deret volta:
Dari deret volta itu guru mempermudahnya
menjadi sebuah kalimat, Kalau Baginda Caesar Nanti Meninggal, Alam Mana
Zaman Feodalisme Nippon Senang Pembagian
Harta, Crupuk Hangus
Agak Pahit Auw. Untuk materi kimia unsur, siswa
dibagi menjadi beberapa kelompok untuk membahas membuat makalah dari sub
materinya dan dipresentasikan di depan kelas.
Semester 1 di kelas XII sudah berakhir,
guru kimia di kelas XII IPA 2 juga digantikan oleh Ibu Erna Susrini. Gaya
mengajarnya agak berbeda dengan guru kimia sebelumnya. Karena di semester 2 ini
lebih menekankan kepada persiapan ujian nasional jadi kebanyakan di semester 2
ini dilakukan pembahasan soal-soal ujian nasional tahun-tahun sebelumnya. Banyak
materi di semester 2 kelas XII terlewatkan seperti senyawa makromolekul. Akan
tetapi guru memberikan hardcopy
berupa ringkasan materi yang bisa dipelajari sendiri oleh siswa di rumah. Ibu
Erna banyak memberikan tips dan trik mudah menjawab soal ujian nasional kimia.
Sekalipun soal itu sebelumya dianggap sulit seperti penyetaraan reaksi redoks.
Siswa selalu diminta memfotokopi soal
ujian nasional tahun-tahun sebelumnya. Setiap minggu, siswa menjawab soal ujian
nasional kimia dari tahun 2008. Siswa dan guru membandingkan tipe soal yang
satu dengan tipe soal yang lainnya dengan kode soal yang berbeda. Pada dasarnya
semua soal hampir mirip dan tingkat kesulitannya juga hampir sama. Soal ujian
nasional kimia ini dikerjakan bersama-sama. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk maju ke depan menuliskan jawaban dan penyelesaian sari soal
tersebut ke papan tulis lalu menjelaskan kepada teman-temannya. Bagi yang maju
akan mendapat nilai dan juga terkadang guru memberikan sebuah hadiah kepada
siswa. Itulah yang membuat siswa makin bersemangat mengerjakan soal. Jika ada
soal yang tidak bisa dipecahkan oleh siswa, maka guru membahas bersama siswa
penyelesaian dari soal tersebut.
Pembelajaran kimia di semester ini
berlangsung santai dan terasa menyenangkan meskipun tidak dipungkiri
bayang-bayang ujian nasional begitu menyeramkan. Tuntutan standar nilai ujian
nasional yang makin tahun makin tinggi membuat siswa merasa was-was menghadapi
ujian nasional. Oleh karena itu, persiapan untuk ujian nasional pun haruslah matang.
Dengan terus-menerus mengerjakan soal ujian nasional yang sudah ada maka siswa
akan hapal tipe soal yang akan dikeluarkan saat ujian nasional nantinya.
Apalagi mata pelajaran kimia, dari tahun ke tahun materi yang diujikan dalam
ujian nasional hampir mirip hanya sedikit perubahannya. Dengan memahami tipe
soal tersebut, siswa akan lebih mudah menjawab soal apalagi jika telah
dilakukan latihan terus-menerus. Alhasil, daripada mata pelajaran lain,
rata-rata nilai ujian tertinggi di kelas XII IPA 2 ini adalah mata pelajaran
kimia.
Terimakasih banyak kak :) sangattt bermanfaat ^_^ barakallah..
BalasHapus