Translate

Jumat, 09 Mei 2014

CARA GURU KIMIA MENGAJAR DI KELAS


Saya adalah seorang mahasiswa Pendidikan Kimia Angkatan 2012 Universitas Sriwijaya. Menurut pemikiran orang awam, kimia itu pelajaran yang sulit dipahami. Awalnya mereka sering bertanya yang seolah memojokkan saya karena lebih memilih kimia daripada yang lain. Saya memilih kimia apalagi program studi pendidikan kimia, tidak lain tujuannya untuk menjadi guru kimia yang berkualitas nantinya. Saya mengharapkan paradigma buruk siswa tentang kimia bisa berubah setelah saya mengajar.
Bisa masuk di Perguruan Tinggi Negeri merupakan prestasi yang luar biasa sepanjang hidup saya. Tanpa berpikir panjang saya memilih Pendidikan Kimia sebagai pilihan pertama dan kedua pada saat mengikuti tes SNMPTN 2012 (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Beberapa alasan saya memilih pendidikan kimia adalah pertama karena nilai ujian kimia saya paling besar di antara nilai ujian mata pelajaran lain. Kedua, pendidikan kimia Sumatera Selatan hanya ada satu-satunya di Universitas Sriwijaya. Karena saya berdomisili di Sumatera Selatan, Universitas Sriwijaya adalah satu-satunya universitas negeri di Sumatera Selatan yang saya incar. Ketiga, saya melihat peluang yang besar untuk menjadi guru kimia karena di daerah asal saya, guru kimia masih sedikit dibandingkan guru mata pelajaran lainnya. Selain itu, pengaruh untuk memilih pendidikan kimia juga sedikit banyaknya saya terima dari guru kimia saya semasa duduk di bangku SMA dulu. Beliau hanya satu semester mengajar di kelas saya tetapi bisa berkesan dan menimbulkan sugesti positif dalam diri saya untuk menjadi seorang guru kimia seperti beliau. Meskipun sejujurnya saya lebih menyukai matematika ketimbang kimia, tapi karena beliau dan beberapa pertimbangan di atas maka saya memutuskan untuk memilih pendidikan kimia. Tidak berharap banyak awalnya karena saya mengikuti tes tanpa ada persiapan khusus, terkesan buru-buru dan tidak direncanakan. Akhirnya saya lulus di Program Studi Pendidikan Kimia dan sampai sekarang saya masih berkesempatan menjadi mahasiswa pendidikan kimia semester 4.
Sebagai mahasiswa semester 4, kami ditawarkan mata kuliah Strategi Belajar Mengajar Kimia. Pada mata kuliah ini, kami diberi tugas untuk mengobservasi cara guru kimia mengajar di kelas. Sebagai calon guru, tentu saja ini merupakan hal penting yang dilakukan untuk memahami bagaimana cara menjadi guru yang disukai siswa dan tentunya bisa memberikan pelajaran secara efektif dan efisien kepada siswa. Untuk mengobservasi guru saat mengajar, saya tidak perlu pergi ke sekolah dan melihat setiap kegiatan guru saat di dalam kelas ketika sedang mengajar. Akan tetapi, saya hanya perlu membangun kembali bayangan-bayang semasa SMA ketika saya masih menjadi siswa yang sedang belajar kimia di kelas. Bedanya sekarang adalah saya bukanlah sebagai seorang siswa yang sedang memperhatikan pelajaran yang diberikan guru melainkan seolah menjadi seorang mahasiswa yang sedang mengamati cara guru tersebut mengajar. Memperhatikan metode dan pendekatan yang digunakan guru tersebut untuk mengajarkan kimia kepada siswa.
Tentu saja, setiap guru memiliki caranya masing-masing ketika mengajar di kelas supaya siswa tertarik untuk belajar. Ada guru yang terlampau tegas kepada siswanya atau sering disebut sebagai guru killer sehingga guru tersebut kurang disukai siswa. Akibatnya pelajaran apapun yang diberikan oleh guru tersebut akan susah diterima siswa karena ada ketakutan dalam diri siswa terhadap guru yang bersangkutan.
Ada juga guru yang mengasyikkan ketika mengajar. Beliau mengajak siswa sesekali belajar sambil bermain atau menerapkan suasana baru setiap pertemuannya. Walaupun demikian, tujuan pembelajaran yang sesungguhnya harus tercapai dan dengan tidak mengurangi komposisi materi belajar yang semestinya harus diajarkan kepada siswa. Metode yang ini biasanya disukai siswa-siswa di banyak sekolah sehingga tidak sedikit guru yang menggunakan metode ini untuk mengajarkan pelajaran kepada siswanya.
Untuk mengawali cerita tentang bagaimana cara guru mengajar kimia, saya akan memulainya berurutan dari kelas X, XI, hingga XII. Sekolah yang saya amati ini kebetulan menerapkan team teaching pada beberapa mata pelajaran di kelas. Seperti yang saya amati pada saat kelas X.B ini, pada mata pelajaran kimia ada dua orang guru yang berada di depan kelas saat itu. Guru pertama merupakan guru senior yang sudah puluhan tahun mengajar. Sementara yang satunya lagi merupakan guru kimia yang masih muda. Terkadang kedua guru tersebut masuk bersamaan seperti yang saya amati saat ini,  kadang juga hanya satu diantaranya yang datang. Saat kedua guru tersebut mengajar bersamaan, guru yang satu menerangkan pelajaran sementara yang satunya lagi mengamati siswa sembari  menambahkan penjelasan yang mungkin terlewatkan oleh penjelasan guru yang pertama. Pada pembelajaran kimia di kelas X.B ini, guru menyarankan buku teks yang sama dengan yang dipakai guru tersebut. Hal ini untuk memudahkan guru jika ingin memberi tugas melalui buku teks yang sama. Akan tetapi, guru tersebut juga menyarankan untuk memakai buku teks yang lain agar referensi yang dimiliki siswa lebih banyak. Siswa bisa meminjam buku teks kimia selain buku teks yang disarankan guru di perpustakaan sekolah.
Pada dasarnya, sekolah yang saya amati ini berada di daerah yang pelajaran kimianya baru diajarkan pada saat di bangku SMA. Untuk jenjang kelas X ini, pembelajaran kimia disini masih merupakan tahap pengenalan kepada siswa. Menekankan kembali bahwa segala yang ada di sekitar kita itu adalah kimia. Reaksi yang terjadi di dalam tubuh manusia, segala yang dimakan, baju yang dipakai, air yang kita minum adalah kimia.
Pada awal pertemuan, guru menjelaskan sedikit atau garis-garis besarnya saja mengenai struktur atom. Kemudian, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri atas 2-3 orang. Dalam kelompok kecil tersebut, guru meminta siswa untuk mencari informasi mengenai perkembangan teori atom menurut para ahli melalui buku teks yang kemudian didiskusikan dalam kelompok. Guru meminta hasil dari diskusi itu dalam bentuk ringkasan tentang perkembangan teori atom menurut para ahli yang sudah dicari dan sudah didiskusikan sebelumnya. Kemudian hasil diskusi tersebut dikumpulkan dan dibahas secara bersama-sama di kelas. Guru meminta salah satu perwakilan kelompok untuk menjelaskan ke depan kelas tanpa menggunakan buku teks. Artinya siswa disuruh menjelaskan kembali perkembangan teori atom yang sudah mereka cari dan diskusikan sebelumnya di dalam kelompoknya masing-masing. Setelah semua perwakilan kelompok menjelaskan kembali ke depan kelas, guru  menerapkan konsep kepada siswa karena semua penjelasan siswa tersebut sudah benar. Akan tetapi agar tidak terjadi miskonsepsi dan pelajaran yang didapat hari ini tidak hilang begitu saja, maka guru tersebut menjelaskan lagi dengan menekankan konsep bukan menghapal buku.
Pada pertemuan kedua, sebelumnya siswa disuruh meringkas buku teks mengenai pelajaran yang akan dibahas di kelas. Pertemuan kedua ini membahas tentang ikatan kimia. Siswa diminta untuk mengumpulkan buku catatan kimia di meja guru. Sementara itu siswa diminta untuk mengerjakan latihan soal pilihan ganda yang ada pada buku teks. Sembari siswa mengerjakan soal yang ada di buku teks, guru memeriksa dan memberi nilai dari tugas meringkas buku yang diberikan kepada siswa sebelumnya. Setelah guru memeriksa dan memberi nilai pada buku catatan siswa, guru tersebut berkeliling menuju tempat duduk siswa untuk mengamati kesulitan yang dialami siswa dalam menjawab soal yang diberikan. Sesekali guru meluruskan jawaban dari siswa sembari menjelaskan sedikit di tempat duduk siswa tersebut. Setelah itu guru memberikan waktu 5 menit lagi kepada siswa untuk mengerjakan soal tersebut. Lima menit kemudian, jawaban siswa dikumpul lalu di tukar dengan teman satu barisannya. Guru meminta siswa secara bergantian untuk membacakan soal sekaligus jawabannya. Guru mengoreksi jawaban siswa dan memberikan sedikit penjelasan di setiap jawaban dari pertanyaan tersebut. Hasil dari latihan soal ini dikumpulkan di meja guru untuk dimasukkan ke dalam penilaian sekaligus untuk evaluasi pembelajaran pada mata pelajaran guru tersebut.
Pertemuan selanjutnya adalah hukum dasar kimia. Seperti biasa, siswa diminta untuk meringkas buku tentang materi ini sebelumnya dan dinilai oleh guru. Pada pembahasan ini, guru menggunakan metode ceramah. Guru menjelaskan tentang berbagai hukum dasar kimia yaitu Hukum Lavoisier, Hukum Proust, Hukum Dalton, Hukum Gay-Lussac dan Hukum Avogadro dengan menggunakan media papan tulis untuk menuliskan ringkasan atau intisari dari hukum-hukum tersebut. Sebelum menjelaskan tentang hukum-hukum dasar kimia di atas, guru mengajarkan tentang tatanama senyawa yang sangat penting dalam kimia karena akan mengalami kesusahan belajar kimia nantinya jika siswa tidak bisa memberi nama pada suatu senyawa.
Berkaitan dengan penamaan senyawa tadi, selanjutnya guru memberikan persamaan reaksi sederhana dengan menggunakan nama senyawa-senyawa yang sederhana seperti asam klorida dengan natrium hidroksida. Guru menujuk salah seorang siswa untuk diminta menuliskan reaksinya di depan kelas. Guru bisa menunjuk siswa yang dirasa masih belum mengerti dalam peenulisan reaksi. Jika siswa pertama belum bisa menuliskan reaksi dengan benar, guru menunjuk siswa lagi yang bisa membenarkan reaksi tersebut sehingga didapatlah reaksi yang benar seperti ini: HCl(aq) + NaOH(aq) à NaCl(aq) + H2O(l). Setelah diamati jika siswa sudah mengerti dengan persamaan sederhana ini, guru memberikan reaksi dengan  menggunakan koefisien yang berbeda. Masih sama dengan sebelumnya, guru menyebutkan nama senyawa dan meminta siswa untuk menuliskan persamaan reaksinya di depan kelas. Guru menyebutkan senyawa yang direaksikan adalah larutan asam sulfat dengan kalium hidroksida. Untuk persamaan reaksi ini, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menentukan senyawa hasil reaksi. Seharusnya siswa menuliskan H2SO4(aq) + 2KOH(aq) à K2SO4 (aq) + 2H2O(l). Kemudian guru mengajarkan cara menentukan hasil reaksi dan juga cara menyetarakan reaksi sesuai dengan koefisiennya.
Setelah siswa paham bagaimana cara menuliskan persamaan reaksi kimia dan menyetarakan persamaan reaksi tersebut, guru kemudian menjelaskan hukum-hukum dasar kimia seperti Hukum Lavoisier, Hukum Proust, Hukum Dalton, Hukum Gay-Lussac dan Hukum Avogadro. Guru menjelaskan satu per satu hukum dasar kimia tersebut seraya memberikan beberapa contoh sederhana aplikasi dari hukum-hukum dasar kimia tersebut. Setelah itu, guru memberikan soal yang berhubungan dengan hukum dasar kimia melalui buku teks. Siswa disuruh mengerjakan soal tersebut di buku latihan. Guru membantu siswa yang mengalami kesulitan saat mengerjakan soal tersebut. Setelah soal selesai dikerjakan, maka jawaban dari soal tersebut dibahas bersama di dalam kelas.
Selanjutnya materi yang akan disampaikan adalah mengenai stoikiometri atau perhitungan kimia. Perhitungan kimia yang paling mendasar yaitu mengenai konsep mol yang sama pentingnya dengan penyetaraan reaksi karena kimia sangat berhubungan dekat dengan mol. Jumlah mol bisa dikonversikan ke dalam jumlah partikel, massa maupun volume zat. Untuk memudahkan mengkonversi jumlah mol dengan jumlah partikel, massa maupun volume zat, maka guru membuat sebuah skema atau diagram konsep mol seperti ditunjukkan dalam skema di bawah ini:

Gambar 1. Skema Konsep Mol
    

                                  

            Dari skema di atas, siswa dapat mengingat dengan mudah cara mengkonversikan jumlah mol ke dalam jumlah partikel, massa ataupun volume zat. Siswa tidak perlu menghapal rumus yang banyak, cukup dengan mengingat dan memahami skema tersebut maka dengan mudah siswa bisa mengkonversikan mol ke beberapa bentuk lainnya. Sebelumnya guru menjelaskan cara memahami skema di atas. Jika massa dan Ar/Mr yang diketahui, maka untuk mencari mol siswa bisa membagi massa dengan Ar/Mr yang diketahui sebelumnya, dan begitu sebaliknya. Selanjutnya jika diketehui mol dan ingin dikonversikan menjadi jumlah partikel, maka siswa bisa mengalikan mol dengan bilangan Avogadro yang bernilai 6,022 x 1023 mol-1 dan begitu sebaliknya. Kemudian untuk mengkonversikan mol ke bentuk volume zat, siswa dapat mengalikan mol dengan 22,4 L atau membagi volume dengan 22,4 L jika ingin mencari mol.
            Selanjutnya untuk menentukan rumus empiris dan rumus molekul, menentukan rumus air kristal, menentukan kadar zat dalam suatu senyawa, menentukan pereaksi pembatas dalam suatu reaksi, serta menentukan banyak zat pereaksi atau hasil reaksi, guru masih menggunakan metode sama seperti pertemuan sebelumnya yaitu dengan menjelaskan di papan tulis kemudian memberikan latihan-latihan soal kepada siswa untuk dibahas bersama-sama di dalam kelas.
            Materi berikutnya mengenai larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit. Dalam pembelajaran kali ini, guru masih menggunakan metode ceramah. Selain itu, guru juga menayangkan video tentang yang menampilkan perbedaan larutan elektrolit dan nonelektrolit. Dalam video tersebut ada tiga buah gelas kimia yang berisi larutan. Gelas kimia pertama berisi larutan asam klorida (HCl), gelas kimia kedua berisi larutan asam asetat (CH3COOH), dan gelas kimia ketiga berisi aquadest. Setelah itu, larutan tersebut dihubungkan dengan alat penguji elektrolit. Ketika elektroda dicelupkan ke dalam larutan maka gelas kimia pertama menghasilkan gelembung dan lampu menyala dengan terang. Gelas kimia kedua menghasilkan sedikit gelembung dan lampu menyala dengan redup. Sedangkan gelas kimia ketiga tidak menghasilkan gelembung dan lampu tidak menyala. Dari video tersebut siswa diminta untuk menyimpulkan apa yang mereka lihat dengan materi pelajaran hari itu.
Kemudian guru menjelaskan bahwa larutan elektrolit itu merupakan larutan yang dapat menghantarkan arus listrik jika dalam percobaan larutan elektrolit ditandai dengan adanya gelembung dan lampu menyala. Larutan elektrolit itu sendiri dibagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah. Larutan elektrolit kuat ditandai dengan adanya gelembung dan lampu menyala dengan terang, sedangkan larutan elektrolit lemah ditandai dengan gelembung sedikit dan lampu menyala tetapi redup. Pada video tersebut, diketahui bahwa larutan pertama berupa HCl merupakan elektrolit kuat sedangkan larutan kedua yang berupa CH3COOH merupakan elektrolit lemah. Sementara itu, larutan ketiga yang berisi aquadest merupakan larutan nonelektrolit karena tidak menghantarkan listrik. Hal itu dapat diketahui melalui video, bahwa pada  larutan ketiga tersebut tidak terdapat gelembung dan lampu juga tidak menyala.
            Selanjutnya guru mengajarkan tentang konsep redoks. Redoks merupakan singkatan dari reduksi dan oksidasi. Siswa dilatih untuk menentukan bilangan oksidasi atom unsur dalam suatu senyawa, menentukan oksidator, reduktor, hasil oksidasi dan juga hasil reduksi. Selain itu siswa juga diajarkan cara menentukan penamaan senyawa biner (senyawa ion) yang terbentuk dari tabel kation dan anion serta memberi namanya.
            Materi pembelajaran selanjutnya mengenai senyawa organik dan senyawa makromolekul. Dalam hal ini senyawa organik terdiri atas tiga unsur yaitu karbon, hidrogen dan oksigen. Oleh karena itu, siswa diminta mengidentifikasi unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Selain itu guru menjelaskan beberapa kekhasan atom karbon yakni memiliki elektron valensi atau elektron yang berada di kulit terluar sebanyak empat dan dapat mengikat unsur lain, atau bahkan mengikat unsur karbon itu sendiri. Guru juga mengajarkan cara menentukan atom C primer, sekunder, tertier dan kuarterner.
            Guru menjelaskan tentang senyawa hidrokarbon yaitu senyawa yang terdiri dari hidrogen dan karbon. Hidrokarbon sendiri terbagi menjadi tiga golongan, yaitu alkana yang memiliki atom karbon berikatan tunggal, alkena yang memiliki atom karbon rangkap dua dan alkuna yang memiliki atom karbon rangkap tiga. Siswa diminta untuk menghapalkan deret homolog. Deret homolog ini akan digunakan untuk pemberian nama dari senyawa hidrokarbon tersebut. Guru menjelaskan cara menentukan isomer pada senyawa hidrokarbon. Isomer itu sendiri ada isomer struktur (kerangka, posisi, fungsi) dan juga isomer geometri (cis, trans).
            Untuk materi minyak bumi, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5-6 orang. Siswa ditugaskan untuk membuat makalah berdasarkan sub-materi yang telah dibagi. Kelompok bergilir mempresentasikan makalahnya di depan kelas. Setiap pertemuan, ada 1-2 kelompok yang mempresentasikan makalahnya. Pada presentasi ini terjadi komunikasi antara kelompok satu dengan kelompok lainnya. Guru dalam hal ini bertindak sebagai pengamat dan meluruskan jika terjadi miskonsepsi dari penjelasan kelompok  yang mendapat giliran maju.
            Setelah berakhirnya materi tentang minyak bumi ini, maka berakhir pula pembelajaran kimia di kelas X. Selama dua semester, siswa telah belajar kimia. Tinggal bagaimana hasil ulangan semester mereka nanti yang akan dijadikan acuan untuk mengevaluasi pembelajaran oleh guru tersebut. Tentu saja setiap guru mengharapkan nilai siswa yang diajarkannya mendapat nilai yang baik. Akan tetapi, masih ada saja siswa yang nilai ulangan kimianya bisa dibilang kurang baik atau jauh dari standar nilai yang telah ditetapkan.
            Selanjutnya saya akan kembali menceritakan tentang cara guru mengajar di kelas. Kali ini saya akan mengobservasi siswa di kelas yang sama namun jenjang yang sudah berbeda yaitu di kelas XI IPA 2. Masih sama seperti semester lalu, guru kimia yang mengajar di kelas ini masih team teaching dengan guru yang sama yaitu Ibu Fiat Yustisia dan Ibu Ambar Sari. Padahal ada total sembilan guru kimia yang mengajar di sekolah ini. Tetapi ternyata di kelas XI IPA 2 ini, guru kimia yang mengajar di kelas XI ini masih sama dengan guru kimia yang mengajar di kelas X dulu. Cara mengajarnya pun masih sama dengan cara mengajar pada saat di kelas X dahulu. Guru menyarankan siswa membeli buku yang dijadikan acuan untuk belajar kimia di kelas. Akan tetapi, pada kelas XI ini, guru membuat sebuah modul yang berisi ringkasan materi selama di kelas XI sekaligus juga beberapa lembar kerja dan beberapa lembar untuk praktikum. Modul ini dijual kepada siswa dan semua siswa diminta untuk memiliki modul ini karena harganya yang relatif terjangkau dan juga modul ini lebih mudah dimengerti karena berisi intisari dari setiap materi. Modul ini juga akan digunakan selama dua semester.
            Untuk pertemuan pertama selama di kelas XI ini masih sama seperti saat di kelas X, guru memberikan semacam kontrak tugas dengan siswa. Guru meminta siswa untuk meringkas buku yang telah disarankan sebelumnya. Siswa juga bisa mencari referensi lain melalui buku teks lainnya agar materinya semakin lengkap. Ringkasan tersebut dikumpul per bab. Artinya setiap satu bab habis, maka siswa harus mengumpulkan tugas ringkasan tersebut. Setelah menjelaskan kontrak tugas maka guru mulai mengajar. Guru me-review kembali pelajaran kimia selama di kelas X dengan memberikan beberapa pertanyaan singkat kepada siswa. Karena untuk pertemuan pertama ini materi yang diajarkan nantinya merupakan lanjutan dari pelajaran kelas X yang lebih kompleks yakni mengenai teori atom.
            Guru menanyakan tentang teori atom Bohr dan mekanika kuantum kepada siswa. Setelah itu guru menanyakan perbedaan dari kedua teori tersebut. Kemudian guru meluruskan jawaban sekaligus melengkapi penjelasan dari siswa. Guru menjelaskan teori tentang mekanika kuantum lalu guru menjelaskan bagaimana cara menentukan bilangan kuantum dan bentuk orbital s, p, d, dan f. Guru menjelaskan bahwa ada empat bilangan kuantum, yaitu 1) bilangan kuantum utama (n) yang bisa menentukan jumlah kulit, 2) bilangan kuantum azimut (l) yang bisa dijadikan acuan sebagai sub kulit, 3) bilangan kuantum magnetik (m) yang bisa dijadikan sebagai acuan untuk menentukan posisi orbital, dan 4) bilangan kuantum spin (s) yang bisa dijadikan acuan sebagai arah elektron, jika positif (+) searah jarum jam dan jika negatif (-) berlawanan arah jarum jam. Guru kemudian menjelaskan cara menuliskan konfigurasi elektron berdasarkan sub kulit. Setelah itu guru memberikan sebuah contoh untuk menentukan konfigurasi elektron dan juga menentukan keempat bilangan kuantum dari sebuah unsur. Guru mencontohkan unsur sulfur yang memiliki nomor atom 16 (16S). Guru kemudian menuliskan konfigurasi elektronnya, yaitu 16S = 1s2, 2s2, 2p6, 3s2, 3p4 setelah menentukan konfigurasi elektronnya, guru mulai menjelaskan cara menentukan bilangan kuantum dari 16S. Untuk bilangan kuantum utamanya (n) = 3, bilangan kuantum azimutnya (l) =1, bilangan kuantum magnetiknya (m) = -1
dan bilangan kuantum spinnya bernilai negatif  . Kemudian siswa diberi beberapa soal yang mirip dengan yang sudah dicontohkan. Setelah itu guru menjelaskan bentuk orbital s, bentuk orbital p, dan bentuk orbital d. Tak lupa juga guru menjelaskan tentang prinsip Aufbau, Larangan Pauli dan aturan Hund. Selain menentukan konfigurasi elektron, siswa juga diajarkan bagaimana menentukan diagram orbital serta hubungannya adengan letak unsur dalam tabel periodik dengan menjelaskan di depan kelas menggunakan media papan tulis. Guru memberikan beberapa contoh mengenai materi ini lalu memberikan beberapa soal yang sejenis untuk siswa kerjakan.
            Pada bab ke-2 mengenai bentuk molekul, guru memberikan sebuah tabeel tentang beberapa bentuk molekul yang dicatat  di papan tulis. Tabel tersebut berisi bentuk molekul, rumus bentuk molekul, pasangan elektron, pasangan elektron yang berikatan dan juga pasangan elektron bebas. Lalu guru memberikan contoh senyawa NH3 dan menggambarkan struktur Lewis-nya dari struktur lewis itu siswa bisa menentukan pasangan elektron bebas, pasangan lektron terikat rumus bentuk molekul, dan bentuk molekulnya. Kemudian guru menggambarkan bentuk molekul piramida trigonal dari NH3 di papan tulis. Selanjutnya dengan contoh yang sama yaitu NH3, guru menjelaskan tentang hibridisasi. Hibridisasi bisa ditentukan dengan cara tanpa promosi elektron atau cara promosi elektron. Guru menjelaskan dan menggambarkan orbital hibridisasi yan terbentuk dengan menggunakan spidol berwarna hitam dan merah di papan tulis. Tinta spidol merah akan menunjukkan elektron yang berpindah. Guru juga memberikan contoh dengan menggunakan senyawa lainnya.
            Bab 3 mengenai termokimia, guru memberikan video animasi tentang reaksi eksoterm dan reaksi endoterm. Siswa kemudian diminta menjelaskan kembali video yang telah diperlihatkan sebelumnya. Dari penjelasan tersebut didapatlah perbedaan antara reaksi eksoterm dan reaksi endoterm. Reaksi eksoterm adalah reaksi yang membebaskan energi ke lingkungan sehingga temperatur naik, sedangkan reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap energi dari lingkungan sehingga temperatur reaksinya akan turun. Untuk menentukan perubahan entalpi  reaksi, dapat menggunakan eksperimen sederhana, menggunakan Hukum Hess, dengan entalpi pembentukan standar, atau dengan menggunakan data energi ikatan. Kemudian guru memberikan beberapa contoh aplikasi yang digunakan untuk menghitung perubahan entalpi tersebut. Pada materi ini memang lebih banyak soal hitungan, jadi guru memberikan banyak soal hitungan untuk menghitung perubahan entalpi dengan menggunakan beberapa cara tadi. Metode yang sering salah oleh siswa yaitu dengan menggunakan data energi ikatan. Siswa banyak yang mengalami kesulitan memecah rumus kimia dan menentukan ikatannya. Siswa juga sering terbalik menentukan mana yang menggunakan produk reaktan atau reaktan produk antara metode reaksi pembentukan standar dengan energi ikatan.
            Untuk materi tentang laju reaksi berikutnya, guru hanya menjelaskan sedikit tentang teori. Guru lebih menekankan pada hitungannya. Bagaimana cara menentukan orde reaksi serta menentukan konstanta laju reaksi. Guru mencontohkan satu soal kemudian memberikan beberapa soal latihan kepada siswa. Selanjutnya soal latihan tersebut dibahas bersama-sama di kelas.
            Pada pertemuan berikutnya, guru memberikan 11 soal tentang kesetimbangan kimia. Siswa diminta mengerjakannya di buku latihan masing-masing. Siswa boleh mencari jawaban melalui buku-buku, maupun melalui internet. Siswa bersama guru melakukan kegiatan belajar-mengajar di perpustakaan karena siswa mulai jenuh belajar di kelas selain itu pada saat itu perpustakaan sedang tidak ada pengunjung. Hal itu juga untuk memudahkan siswa mencari banyak sumber referensi untuk menjawab soal tersebut. Setelah mengerjakan soal tersebut, guru mengoreksi jawaban siswa dan memberi nilai. Barulah kemudian guru menjelaskan materi tentang kesetimbangan kimia dan menanyakan kepada siswa tentang materi apa yang belum dimengerti. Lalu guru memberikan pekerjaan rumah untuk siswa mengenai kesetimbangan kimia yang berupa soal hitungan untuk dikumpul dan dibahas pada pertemuan berikutnya.
            Semester 1 di kelas XI sudah usai, memasuki semester 2 dimulai dengan larutan asam-basa. Pada bab ini, dilakukan praktikum mengenai larutan asam basa. Hal ini merupakan praktikum pertama di laboratorium. Sebelumnya guru menjelaskan apa saja kegiatan yang tidak boleh dilakukan di dalam laboratorium, seperti makan, minum dan mengobrol yang tidak penting. Sebelum praktikum, siswa diminta unntuk menjawab soal pra-praktikum yang ada di modul. Soalnya mengenai teori asam-basa menurut para ahli. Pada praktikum kali ini, untuk menentukan larutan asam atau basa digunakan kertas lakmus dan indikator universal. Untuk percobaan pertama menggunakan kertas lakmus merah dan lakmus biru. Pada percobaan ini hanya menentukan asam atau basa saja. Untuk percobaan kedua menggunakan indikator universal. Pada percobaan kedua ini selain untuk menentukan asam-basa juga bisa ditentukan pH-nya juga. Setelah melakukan percobaan, siswa diminta membuat pembahasan dan kesimpulan dari hasil percobaan yang telah dilakukan. Selain melakukan percobaan, guru juga menjelaskan materi di kelas dan memberikan beberapa contoh perhitungan lalu memberikan soal latihan kepada siswa.
            Materi tentang reaksi asam basa juga dilakukan di laboratorium. Siswa melakukan percobaan titrasi asam-basa. Sama halnya dengan praktikum sebelumnya siswa menjawab pertanyaan di modul lalu setelah praktikum juga membuat pembahasan dan kesimpulan dari hasil percobaan. Hal yang masih sulit dilakukan pada saat titrasi oleh siswa yaitu cara menentukan titik akhir titrasi. Kebanyakan siswa telah melewati titik ekivalen. Warna yang terbentuk dari analit sudah melewati titik ekivalen. Seharusnya perubahan warnanya dari bening menjadi warnanya merah muda tapi siswa banyak yang sudah berubah warna menjadi keunguan. Siswa masih banyak yang salah menentukan titik akhir titrasi. Di luar praktikum, pada reaksi asam basa ini, siswa juga sering tertukar untuk menentukan perhitungan dengan menggunakan rumus buffer atau menggunakan hidrolisis.
            Untuk kelarutan dan hasil kali kelarutan, guru hanya sedikit menjelaskan teori tapi lebih banyak memberikan soal hitungan. Sama seperti biasa, guru memberikan satu contoh untuk dibahas bersama kemudian siswa diberi soal latihan untuk dikerjakan sendiri lalu dikoreksi bersama-sama di kelas. Dan untuk materi terakhir di kelas XI ini, tentang sistem dan sifat koloid ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk membuat makalah berdasarkan sub-materi masing-masing dan mempresentasikannya di depan kelas. Setelah materi sudah habis, guru memberikan semacam TTS kimia tentang sistem dan sifat koloid. Siswa membuat dan mengisi TTS tersebut di buku latihan.
            Dua semester di kelas XI sudah berakhir, saatnya menceritakan tentang pelajaran kimia di kelas XII IPA 2. Kelas yang saya observasi siswanya masih sama dengan siswa kelas X dan XI sebelumnya. Akan tetapi untuk kelas XII ini, gurunya berbeda. Tidak menggunakan team teaching lagi. Gurunya pun juga sudah berganti, yaitu Ibu Haziroh.
Gaya mengajar Ibu Haziroh masih sama dengan ibu Fiat yakni dengan CBSA bukan Cara Belajar Siswa Aktif melainkan Catat Buku Sampai hAbis. Di awal pertemuan siswa melakukan kontrak belajar yaitu setiap bab harus diringkas. Guru hanya menjelaskan intisarinya saja. Guru juga terpaku pada buku teks yang dimilikinya. Pada saat di kelas siswa banyak diberikan soal-soal latihan yang dikerjakan secara individual. Soal-soal latihan ini kebanyakan diambil dari soal ujian nasional tahun-tahun sebelumnya. Mengingat bahwa kelas XII akan menghadapi ujian nasional. Materi yang dirasa sulit pada semester 1 di kelas XII ini adalah penyetaraan reaksi redoks. Dari metode penyetaraan reaksi redoks yaitu metode biloks (bilangan oksidasi) maupun metode setengah reaksi keduanya memang dirasa susah oleh siswa.
            Pada sub materi sel volta, untuk mempermudah mengingat deret volta maka guru memberikan singkatan untuk mempermudah menghapal deret volta:
 
 Gambar 2. Deret Volta

Dari deret volta itu guru mempermudahnya menjadi sebuah kalimat, Kalau Baginda Caesar Nanti Meninggal, Alam Mana Zaman Feodalisme Nippon Senang Pembagian Harta, Crupuk Hangus Agak Pahit Auw. Untuk materi kimia unsur, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk membahas membuat makalah dari sub materinya dan dipresentasikan di depan kelas.
Semester 1 di kelas XII sudah berakhir, guru kimia di kelas XII IPA 2 juga digantikan oleh Ibu Erna Susrini. Gaya mengajarnya agak berbeda dengan guru kimia sebelumnya. Karena di semester 2 ini lebih menekankan kepada persiapan ujian nasional jadi kebanyakan di semester 2 ini dilakukan pembahasan soal-soal ujian nasional tahun-tahun sebelumnya. Banyak materi di semester 2 kelas XII terlewatkan seperti senyawa makromolekul. Akan tetapi guru memberikan hardcopy berupa ringkasan materi yang bisa dipelajari sendiri oleh siswa di rumah. Ibu Erna banyak memberikan tips dan trik mudah menjawab soal ujian nasional kimia. Sekalipun soal itu sebelumya dianggap sulit seperti penyetaraan reaksi redoks.
Siswa selalu diminta memfotokopi soal ujian nasional tahun-tahun sebelumnya. Setiap minggu, siswa menjawab soal ujian nasional kimia dari tahun 2008. Siswa dan guru membandingkan tipe soal yang satu dengan tipe soal yang lainnya dengan kode soal yang berbeda. Pada dasarnya semua soal hampir mirip dan tingkat kesulitannya juga hampir sama. Soal ujian nasional kimia ini dikerjakan bersama-sama. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju ke depan menuliskan jawaban dan penyelesaian sari soal tersebut ke papan tulis lalu menjelaskan kepada teman-temannya. Bagi yang maju akan mendapat nilai dan juga terkadang guru memberikan sebuah hadiah kepada siswa. Itulah yang membuat siswa makin bersemangat mengerjakan soal. Jika ada soal yang tidak bisa dipecahkan oleh siswa, maka guru membahas bersama siswa penyelesaian dari soal tersebut.
Pembelajaran kimia di semester ini berlangsung santai dan terasa menyenangkan meskipun tidak dipungkiri bayang-bayang ujian nasional begitu menyeramkan. Tuntutan standar nilai ujian nasional yang makin tahun makin tinggi membuat siswa merasa was-was menghadapi ujian nasional. Oleh karena itu, persiapan untuk ujian nasional pun haruslah matang. Dengan terus-menerus mengerjakan soal ujian nasional yang sudah ada maka siswa akan hapal tipe soal yang akan dikeluarkan saat ujian nasional nantinya. Apalagi mata pelajaran kimia, dari tahun ke tahun materi yang diujikan dalam ujian nasional hampir mirip hanya sedikit perubahannya. Dengan memahami tipe soal tersebut, siswa akan lebih mudah menjawab soal apalagi jika telah dilakukan latihan terus-menerus. Alhasil, daripada mata pelajaran lain, rata-rata nilai ujian tertinggi di kelas XII IPA 2 ini adalah mata pelajaran kimia.


1 komentar:

Anda sopan, kami segan.