Translate

Minggu, 24 Agustus 2014

Is It Friendship?

Cerahnya petang ditambah gemuruh angin di luar sana terasa sampai ke dalam rumah. Meli duduk di ruang tamu sembari menghirup teh hangat sendirian. Dering handphone menemaninya. Meli membuka dengan harap, tetapi hanyalah sebuah broadcast tak penting yang masuk. Meli sadar dirinya sungguh sendiri. "Ah, tapi aku banyak teman kok di luar sana.", gumamnya. "Tapi kemana teman-temanku? Mereka sedang apa ya? Kenapa tak ada yang menghubungiku? Sania dan Via yang selalu berbagi cerita denganku pun sekarang tak pernah menghubungiku lagi."

Meli, Sania dan Via sudah berteman sejak tiga tahun lalu. Perkenalan awal yang saling malu-malu di sekolah, nyatanya membuat mereka sangat akrab lebih dari sekedar saudara. Di sekolah ketiganya memiliki prestasi yang sama hebatnya. Kemana-mana selalu bersama, membeli barang-barang sama, liburan bersama, bahkan mereka sering nginep bersama. Mereka menamai diri mereka dengan sebutan COMEL. Yah, celetukan si Sania saat mereka sedang menonton kartun dari negara tetangga. "Comel itu artinya lucu yah? Kita kan lucu-lucu. Gimana kalo nama genk kita COMEL aja?" Meli dan Via hanya mengangguk, tanda setuju. Keakraban makin terasa saat mereka melapas masa remajanya bersama-sama. Melakukan kenakalan-kenakalan biasa yang dilakukan siswa lainnya. Pulang telat ke rumah bukan masalah bagi keluarganya. Oh, bangganya mereka saat ini yang berbalut putih abu dengan garis tiga di lengan kanan.

Angan Meli menembus waktu. Betapa Sania dan Via sangat berarti baginya. Semua berubah, persis ketika Sania yang selalu mau berbagi kini memutuskan untuk lebih banyak diam dan menghilang dari orang-orang di sekitarnya. "Vi, kenapa ya Sania susah dihubungi?". "Mungkin lagi pengen sendiri. Biarin aja lah Mel." itu balasan SMS dari Via yang kutanya beberapa minggu lalu. Via yang dulunya ramah, selalu ada basa-basi di setiap SMS-nya kini pun mendadak menjadi gadis jutek. Pikir Meli kemana-mana. Bertanya apa yang salah pada mereka, pada dirinya. "Apa mungkin karena Via sudah punya pacar, dia jadi cuek sama aku? Apa mungkin Sania lagi sakit hati sama cowok? Atau mungkin aku pernah buat salah sama mereka yang gak aku sadari."

Sabtu kemarin, Sania tak masuk. Entah apa alasannya, tak seorang pun yang tau. Sasaran utama yang ditanya guru, pastilah Meli dan Via. Mereka yang tak tau apa-apa, bingung harus menjawab apa. "Mel, orang itu yang kalo biasanya terlihat selalu bahagia sebenernya ada seribu kesedihan yang ditutupinya. Gak kayak kamu yang suka ngadu ke mama dan nangis mulu tiap ada masalah." sela Kak Fitri saat Mela sedang menceritakan masalah ini kepada ibunya. Apa yang dikatakan Kak Fitri ada benarnya juga. Sania tak pernah menceritakan tentang sesuatu yang sedih atau berbau kekecewaan padanya maupun Via. "Apa mungkin Sania tidak percaya padaku?" tanya Meli dalam hati.

Persahabatan yang mereka sebut ini, kini sudah diujung tanduk. Tak ada lagi rasa saling percaya di antara mereka. Sebuah senyum dan tawa saat bersama pun dirasa hanya sekedar saja. Tak ada kumpul bersama, makan bersama, jalan bersama. Gelang couple yang selalu mereka pakai, sekarang sudah entah kemana. Pulang sekolah pun kini sendiri-sendiri. Via yang selalu dijemput pacarnya, Sania yang selalu pulang duluan tanpa pamit kepada Meli. Kini semua telah berubah. Semua yang dulunya terasa indah jika bersama, kini terasa hambar. Obrolan tak ada lagi yang menarik. Inikah yang disebut persahabatan? Ah, tak terasa teh di meja sudah dingin dan tinggal setengah. Meli kembali berkaca pada masa lalu. Ia tak ingin kejadian ini semakin menjadi. Ia sadar bahwa ia tak akan bisa hidup sendiri. Tak baik berdiam sesama teman. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, kami segan.