Satu waktu aku menerima pesan singkat dari nomor baru yang berisi "Assalamualaikum Wr Wb" sekitar jam 5.30. Sepertinya sengaja nge-tes apakah aku sudah bangun dan sholat subuh. Yah karena tak kukenal, sudahlah abaikan. Toh aku juga tak punya waktu untuk SMS-an. Pagiku singkat sekali. Banyak hal yang mesti kulakukan. Meski kuliah jam 8. Agak siang dari anak sekolahan biasanya.
Lalu, sorenya. 17.10. Pesan yang sama kembali kuterima dari nomor baru itu. "Assalamualaikum Wr Wb" Karena aku penasaran, jadi kujawab saja salamnya. "Wa'alaikum salam Wr Wb" Langsung saja dia balas "sehat neng?" Alamaaak, seketika aku berkata dalam hati. Sudah kuduga, dia pasti orangnya. Tapi aku tak begitu mudahnya menganggap itu benar-benar dia. Pura-pura tidak tahu, rasanya perlu.
Berikutnya, 1 2 3 tanda bahwa benar dia orangnya mulai kukumpulkan. Aneh. Ia tetap saja tak mau mengaku siapa. Sudahlah, toh aku sudah yakin dia orangnya. Tapi akhir-akhir ini banyak nomor baru yang mengirimkan SMS macam-macam. Kebanyakan kuabaikan. Maaf, jika hanya pesan yang kuterima tak HARUS kubalas. Aku akan mengabaikannya. Beberapa juga karena pesan itu sudah kadaluwarsa alias sampainya terlambat. Itu juga jarang kubalas.
Seolah sudah lama aku tak melihatmu. Kemarin, betapa aku tak terkejut. Kau berada tepat di depan mataku. Meski kau datang nyatanya bukan untuk aku. Kita memang tak pernah bertegur sapa seperti layaknya teman biasa, tidak. Sesekali aku melihat ke arahmu. Ah, aku tak enak hati. Disana ada orang yang tahu kalau kita punya "sesuatu". Kulihat kau memang sedikit menundukkan matamu, menghindari pandangan denganku. Baguslah.
Lalu hari ini, kau "modusan" menanyakan "libur panjang gak mudik?" Wahaha Maafkan aku yang cuek dan culas ini, itu memang caraku. Tapi aku cukup senang bahwa ada yang selalu memberikan semangat untuk kuliah, mendoakan untuk kelulusanku. Kelancaran studiku, wisuda secepatnya. Dia memang tahu, itu tujuan utamaku. Anak akademik, katanya. Beda dengan dia yang seorang aktivis kelas kakap setauku.
Lalu, sorenya. 17.10. Pesan yang sama kembali kuterima dari nomor baru itu. "Assalamualaikum Wr Wb" Karena aku penasaran, jadi kujawab saja salamnya. "Wa'alaikum salam Wr Wb" Langsung saja dia balas "sehat neng?" Alamaaak, seketika aku berkata dalam hati. Sudah kuduga, dia pasti orangnya. Tapi aku tak begitu mudahnya menganggap itu benar-benar dia. Pura-pura tidak tahu, rasanya perlu.
Berikutnya, 1 2 3 tanda bahwa benar dia orangnya mulai kukumpulkan. Aneh. Ia tetap saja tak mau mengaku siapa. Sudahlah, toh aku sudah yakin dia orangnya. Tapi akhir-akhir ini banyak nomor baru yang mengirimkan SMS macam-macam. Kebanyakan kuabaikan. Maaf, jika hanya pesan yang kuterima tak HARUS kubalas. Aku akan mengabaikannya. Beberapa juga karena pesan itu sudah kadaluwarsa alias sampainya terlambat. Itu juga jarang kubalas.
Seolah sudah lama aku tak melihatmu. Kemarin, betapa aku tak terkejut. Kau berada tepat di depan mataku. Meski kau datang nyatanya bukan untuk aku. Kita memang tak pernah bertegur sapa seperti layaknya teman biasa, tidak. Sesekali aku melihat ke arahmu. Ah, aku tak enak hati. Disana ada orang yang tahu kalau kita punya "sesuatu". Kulihat kau memang sedikit menundukkan matamu, menghindari pandangan denganku. Baguslah.
Lalu hari ini, kau "modusan" menanyakan "libur panjang gak mudik?" Wahaha Maafkan aku yang cuek dan culas ini, itu memang caraku. Tapi aku cukup senang bahwa ada yang selalu memberikan semangat untuk kuliah, mendoakan untuk kelulusanku. Kelancaran studiku, wisuda secepatnya. Dia memang tahu, itu tujuan utamaku. Anak akademik, katanya. Beda dengan dia yang seorang aktivis kelas kakap setauku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, kami segan.